PALU – Pihak keluarga Qidam Alfariski Mofance (20), membantah seluruh keterangan polisi, yang menyebut almarhum merupakan anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Keluarga almarhum pun sangat keberatan dan akan menuntut Polda Sulteng yang telah menyebabkan tewasnya Qidam Alfariski.
Melalui Paman Qidam, Asman Nusra menjelaskan secara langsung kepada Radar Sulteng kronologis hingga keponakannya tersebut meregang nyawa. Asman mengungkapkan, sehari-harinya almarhum bekerja di SPBU Tambarana. Peristiwa ini sendiri bermula pada Kamis 9 April, 2020. Ketika itu almarhum masih membantu Asman di somel miliknya, dari pagi hingga sore. Usai membantu Asman, Qidam pulang ke rumah Neneknya. Setiba di rumah Neneknya tersebut, Qidam dilarang kembali keluar, karena mewabahnya virus corona.
“Dia dari kecil sudah tinggal sama neneknya, karena mamanya ada di Manado. Namun saat ditegur, korban tetap keluar dan main ke rumah temannya yang tidak jauh dari rumah neneknya, dengan membawa tas kecil,” jelas Asman, Sabtu (11/4).
Baca Juga:Ini 5 Wilayah Jawa Barat Berlaku Pembatasan Sosial Berskala BesarBahaya Tersembunyi Jalur Sutra Digital dan Jalur Maritim China
Setelah mendapatkan kabar korban keluar rumah, Asman berusaha mencari korban, sekitar pukul 19.30 wita, mengetahui bahwa korban berada di rumah keluargannya yang lain, di Desa Tobe, Ia akhirnya memutuskan untuk menjemput korban sekitar pukul 22.00. “Namun sudah tidak ada dia (korban) di situ, karena takut saya mau jemput,” terangnya.
Korban masih sempat makan di rumah keluarganya tersebut. Kata Asman, larinya korban, di situlah bertemu dengan masyarakat dan ditahan ditanyakan asal korban, korban sempat menjawab dari Tambarana, saat minta air minum ke warga yang menahannya, korban sempat diminta untuk tidak lari ke arah dekat Polsek. “Warga menelpon Polmas setempat, akan tetapi yang datang dari aparat kepolisian di Polsek Poso Pesisir, dan tidak ada dari Polmas, di situ korban langsung dikejar dan ditembak. Tidak ada itu kontak tembak,” tegas Asman.
Dirinya memastikan, karena ia mendengarkan tembakan pertama, sebab rumah yang masih kena keluarganya itu hanya berjarak 1 Kilometer dari TKP, ada satu jam lebih suara ledakan senjata, dan berulang kali, jadi seolah-olah itu adalah kontak tembak. “Bukan kontak, masih saya dengar karena saya masih di rumah keluarga ini, karena hanya berjarak 1 kilometer, kajadiannya itu di pukul 23.00, lama suara tembakan itu satu jam setengah,” terang Asman.Dan dia memastikan korban dianiya, karena habis ditembak, dan ada luka robek akibat sangkur, kemudian korban diseret sepanjang 100 meter . “Ada bekas diseret sekitar 100 meter lebih, dan ada korban yang menyaksikan di situ saat kejadian, warga sudah banyak di sekitar kejadian,” ujarnya.