Bahaya Tersembunyi Jalur Sutra Digital dan Jalur Maritim China

Bahaya Tersembunyi Jalur Sutra Digital dan Jalur Maritim China
Seorang pelanggan mencoba smartphone Huawei Mate 20 X 5G di cabang Unicom China di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, China timur ,16 Agustus 2019. (Foto: AFP)
0 Komentar

Jalur Sutera Digital dan Jalur Sutera Maritim China bersatu dalam bentuk Smart Ports. Memusatkan data dan meningkatkan otomasi akan menciptakan efisiensi dan otomasi dalam memuat, sehingga meningkatkan kapasitas.

Dalam satu jaringan, Big Data Risk Monitoring Platform di Kantor Pabean Nanning melacak perdagangan lintas batas dengan 26 pelabuhan di seluruh Asia Tenggara. Platform ini memungkinkan China untuk melacak status barang, tujuan, dan hubungan real-time di seluruh dunia.

Sementara, manifes pengiriman melacak pergerakan barang, belum pernah ada pelabuhan yang memiliki kemampuan untuk memetakan rantai pasokan global waktu nyata secara komprehensif. Informasi ini memungkinkan sistem sanksi tidak resmi yang menargetkan barang-barang negara (atau bahkan individu) yang ingin dipengaruhi China. Negara itu telah melakukannya dengan teknologi tingkat rendah ketika membatasi ekspor pisang Filipina memasuki pasar Asia antara 2016 dan 2018 karena ketegangan bilateral terkait dengan Laut China Selatan.

Baca Juga:Distribusikan Ribuan Paket Sembako dan Masker untuk Cirebon-Indramayu, Selly: Perlu Gotong Royong Tangani Covid-19Lima Skema Jaring Pengaman Sosial di Jabar, Dari Bansos Rp500 Ribu hingga Bantuan untuk Keluarga Terinfeksi COVID-19

Dunia berubah dengan cepat. Terdapat tanda-tanda ambisi China dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) dan semua komponen digitalnya adalah bagian dari kekuatan penjerat (sticky power) hegemoni baru. Para pemimpin China mengakui, teknologi baru yang mengganggu adalah pertanda perubahan bagi kontak orang-ke-orang dan juga dapat mengubah cara negara melakukan perdagangan, pengawasan, dan menjalankan wilayah mereka.

Promosi China atas perusahaan-perusahaan teknologinya di seluruh daratan Eurasia memungkinkan eksploitasi data internasional di masa depan untuk efek politik, yang memungkinkan para pemimpin China untuk menetapkan aturan, menciptakan norma dan standar, serta mengendalikan perdagangan dan aktivitas politik. John Hemmings dan Patrick Cha dari The National Interest menyimpulkan, dunia saat ini memasuki era persaingan dan bukan hanya antar negara, tetapi antara ideologi dan negara-negara yang menjadi tuan rumah mereka. (*)

0 Komentar