Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar dalam tulisannya di akun Instagram resmi PVMBG KESDM juga sependapat dengan hal itu.
Ia menyimpulkan bahwa ancaman primer yang langsung dari erupsi GAK bersifat lokal karena lontaran batu atau lava hanya terlokalisir di tubuh gunung api.
“Sangat kecil kemungkinan, bahkan diabaikan ancaman bahaya seperti ini sampai ke Pulau Jawa atau Sumatera,” katanya.
Baca Juga:Roket Rontok, Satelit Indonesia Gagal OrbitKerajaan Arab Saudi Jemput Ratusan Warganya Keluar Indonesia, Ada Apa?
Suara dentuman, kata dia, tidak merefleksikan eksplosivitas erupsi, tidak juga dapat dijadikan indkator akan terjadinya erupsi besar.
Ancaman bahaya sekunder berupa abu vulkanik jangkauannya dapat lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
“Untuk hal itu PVMBG sudah menerbitkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan kode warna orange,” katanya.
VONA tersebut sudah terintegrasi dengan sistem penerbangan sehingga tindak lanjut dari stakeholder dari penerbangan dapat dilakukan.
Untuk itu, PVMBG mengimbau masyarakat di Pulau Jawa dan Sumatera untuk tidak khawatir terhadap kemungkinan dampak erupsi GAK. (Antara)