Saat ditanya tahap terberat, Nia menjawab, saat ini ekstraksi masih menjadi tahap paling berat karena dilakukan secara manual. Pasalnya, dua alat ekstraksi otomatis masing-masing dari Pemerintah Daerah Provinsi Jabar dan Unpad belum bisa digunakan sebelum optimasi selesai.
“Yang sekarang jadi bottle neck itu tahap ekstraksi karena satu orang itu maksimal memegang 24 sampel dalam tiga jam, satu hari ada enam orang jadi total 144 sampel. Sementara di (tahap) Real Time PCR, dalam tiga jam kami bisa produksi 96 data (dengan satu mesin),” kata Nia.
“Dengan (jumlah) mesin Real Time PCR sekarang, kami optimal memang bisa running kurang lebih 1.200 sampel per hari. Tapi masalahnya, kapasitas ekstraksi masih 144 sampel per hari, jadi (jumlah hasil) Real Time PCR tidak bisa mengikuti,” tuturnya.
Baca Juga:Jabar Perpanjang PBM di Rumah hingga 27 AprilPandemi COVID-19 dari Balik Kaca Laboratorium
Tantangan lainnya, lanjut Nia, adalah VTM yang berbeda-beda dari setiap sampel sehingga timnya harus menyesuaikan pekerjaan dengan metode yang berbeda.