JAKARTA-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, wabah virus korona menyebabkan perubahan signifikan terhadap pendapatan dan belanja negara. Target penerimaan negara baik dari pajak maupun penerimaan bukan pajak diperkirakan tidak tercapai.
Menurut perhitungan, Ani – sapaan Sri Mulyani – pendapatan negara akan turun 10 persen. Sementara itu, belanja negara meningkat drastis karena langkah-langkah pemerintah dalam merespons wabah Covid-19.
“Dengan belanja yang naik (sementara penerimaan turun), maka defisit diperkirakan di angka 5 persen,” kata Ani dalam video conference, Selasa (7/4).
Baca Juga:Istri Glenn Fredly: Gewa Bangga Menjadi Anak Perempuan Ayah, Tuhan Selalu Jaga KamiRest In Peace, Glenn Fredly Meninggal Dunia
Peningkatan belanja pemerintah terbesar adalah untuk kesehatan, stimulus ekonomi, serta jaring pengaman sosial (social safety net). Ani menyebut pemerintah telah menambah belanja kesehatan sebesar Rp 75 triliun. Sementara, belanja social safety net ditambah Rp 110 triliun, di luar yang eksisting.
Lebih lanjut, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, defisit yang di atas tiga persen dari PDB tersebut sudah diakomodasi dalam Perppu. Ani menyampaikan, dalam UU APBN 2020 sendiri, defisit anggaran didesain 1,76 persen dari PDB, atau setara Rp 307,2 triliun.
“Apabila skenario baseline terjadi, defisit 5 persen, artinya defisit ini meningkat menjadi Rp 853 triliun,” terang Ani.
Meski begitu, lanjutnya, pemerintah akan berupaya menekan defisit tetap di bawah 5 persen dari PDB. Pemerintah terus melakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menginstruksikan pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian APBD. (jp)