Jika perselisihan medis terjadi dalam situasi seperti ini, “Apakah itu termasuk tanggung jawab perusahaan pengembang algoritma, atau tanggung jawab RS yang menggunakan secara tidak benar?”
Untuk masalah ini, AI tidak peduli dan juga tidak bisa menyelesaikannya. Mereka adalah masalah di tingkat sosial dan mengharuskan orang bersangkutan untuk mencari solusinya.
Perubahan pertama dalam sistem medis sendiri. AI mungkin tidak akan menggantikan dokter manusia secara total, tetapi mereka yang menggunakan AI Pembantu dokter dapat menggantikan dokter manusia yang tidak menggunakan kecerdasan buatan.
Baca Juga:Jokowi Minta Padat Karya Tunai Diterapkan Lewat Skema Dana DesaKondisi Perekonomian Mendatang Teramat Sulit, Ini Pernyataan Lengkap Kwik Kian Gie
Perubahan kedua, kecerdasan buatan sangat berpotensi besar di negara-negara berkembang. Saat ini, telah ada beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan program diagnostik berbasis AI dalam ponsel. Jika suatu hari, seorang dokter berada di daerah dengan sumber daya medis yang serba terbelakang dapat menggunakan program AI ini untuk meningkatkan kemampuan diagnosis dan perawatan mereka.
Perubahan ketiga, perubahan antara dokter dan pasien. Sebenarnya, Tidak hanya dokter yang dapat menggunakan kecerdasan buatan, tetapi juga pasien. Sebagai contoh, Google bekerja sama dengan pemerintah AS untuk membuat situs web kecerdasan buatan, dimana pengguna dapat mengunggah catatan medis yang memungkinkan algoritma membuat diagnosis sebelum pasien memutuskan apakah akan mencari saran medis atau pengobatan lebih lanjut.
Secara keseluruhan, Peranan AI dalam Covid-19 dapat membuat seluruh sistem medis beroperasi lebih efisien dan jauh lebih berharga daripada sekedar “mengunjungi dokter”, terutama di saat wabah Pneumonia seperti sekarang ini. (*)