Pencitraan Medis melalui AI memiliki keakuratan algoritma yang sangat tinggi. Dalam beberapa kasus tersulit, AI bahkan dapat membuat penilaian Diagnosis yang lebih akurat daripada dokter manusia.
Pada tahun 2012, seorang profesor dari MIT Regina Barzilay melakukan pemeriksaan mammogram. Hasil Gambar menunjukkan ada beberapa bintik-bintik putih di jaringan payudaranya. Para dokter tidak tahu apakah sebenarnya bintik-bintik putih tersebut. Namun, Dokter hanya memintanya untuk tidak perlu khawatir. Kemudian Pada 2014, Regina Barzilay menjalani tes di RS lain dan didiagnosis menderita kanker payudara. Dari hasil tes terbaru, Regina Barzilay ternyata telah menderita kanker selama dua tahun, tetapi dokter tidak menemukannya.
Untungnya, Barzilay segera pulih setelah menerima perawatan. Tetapi dia sangat kecewa dengan proses diagnosis sehingga memutuskan untuk melakukan sesuatu demi membantu lebih banyak potensi pasien. Regina Balzilay sendiri adalah seorang ilmuwan komputer. Dia membentuk tim dan mengembangkan algoritma kecerdasan buatan untuk mendiagnosis kanker payudara.
Baca Juga:Jokowi Minta Padat Karya Tunai Diterapkan Lewat Skema Dana DesaKondisi Perekonomian Mendatang Teramat Sulit, Ini Pernyataan Lengkap Kwik Kian Gie
Lima tahun kemudian, Program algoritmanya berhasil dikembangkan. Hasil percobaannya menunjukkan keakuratan algoritma dalam memprediksi kanker telah jauh melampaui metode umum secara klinis.
Yang paling Menariknya, Barzilay juga mendiagnosis gambar payudaranya sendiri yang di ambil pada tahun 2012.
“Coba tebak apa hasilnya?”
Diagnosis hasil penelitiannya menunjukkan risikonya menderita kanker payudara setinggi 98% dalam 5 tahun. “Algoritma” telah terbukti berhasil mengalahkan dokter manusia jauh lebih sempurna.
“Sistem Evaluasi Cerdas untuk CT Dada Pneumonia Virus Corona” yang dikembangkan oleh salah satu dari Empat Raja Unicorn AI, Yitu Tech (Image: Business Wire)
Selain akurasi yang tinggi, keunggulan lain kecerdasan buatan yaitu, secara ilmiah dapat menandai prioritas perawatan. Sebuah survei menunjukkan, ketika ahli radiologi memberi peringkat gambar pindai medis, mereka ditandai dengan prioritas tinggi sebesar 60%. Ini jelas tidak ilmiah. Hal ini menunjukkan para dokter cenderung menghabiskan banyak waktu mengatasi pasien yang kurang penting, sehingga melewatkan waktu paling berharga untuk menangani pasien yang dalam keadaan gawat darurat.
Keunggulan kecerdasan buatan menjadi sorotan Dunia, karena AI dapat memproses lebih banyak data dalam waktu singkat dan membuat penilaian yang lebih tepat. Pada bulan September 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS menyetujui seperangkat alat algoritma AI yang dapat otomatis menandai kasus paling mendesak dan memberikan perawatan prioritas dokter, sehingga dapat menghemat waktu dan energi dokter.