JAKARTA-Peranan AI dalam Covid-19 di China mendapatkan perhatian luar biasa. Banyak orang di Dunia menggantungkan harapan mereka pada AI atau kecerdasan buatan. Banyak yang percaya AI mungkin senjata ampuh dalam membantu manusia mengatasi virus Corona.
Baru-baru ini, Microsoft bekerja sama dengan sejumlah Universitas terkemuka di Amerika Serikat untuk mendirikan lembaga penelitian bersama menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mengatasi Wabah pneumonia Covid-19.
Selain menganalisis virus, ada skenario aplikasi lain kecerdasan buatan yaitu “diagnosis medis,” atau istilahnya “menemui dokter”. Dalam hal ini, China bergerak sangat cepat. Selama wabah Pandemi, lebih dari 100 institusi medis termasuk Rumah Sakit Rakyat Universitas Wuhan menggunakan “Sistem Evaluasi Cerdas untuk CT Dada Pneumonia Virus Corona” yang dikembangkan oleh salah satu dari Empat Raja Unicorn AI, Yitu Tech.
Baca Juga:Jokowi Minta Padat Karya Tunai Diterapkan Lewat Skema Dana DesaKondisi Perekonomian Mendatang Teramat Sulit, Ini Pernyataan Lengkap Kwik Kian Gie
Selain Sistem Evaluasi Cerdas CT Dada Pneumonia Virus Corona Yitu Tech, Internet Raksasa China lainnya seperti Alibaba, Baidu, Tencent, Sensetime dan perusahaan AI lainnya juga telah meluncurkan alat diagnostik baru mereka, sehingga mempercepat pengendalian virus Corona di China dalam waktu tidak sampai dua bulan. Bahkan, sebelum meletusnya wabah, kecerdasan buatan telah menjadi Topik terpanas dalam aplikasi klinis di Tiongkok.
Data AS menunjukkan, 84% klinik radiologi di Amerika Serikat juga telah mengembangkan atau sedang bersiap menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk memeriksa gambar medis pada tahun 2018. Vinod Khosla, seorang investor teknologi terkenal di Silicon Valley, memprediksi bahwa algoritma AI akan menggantikan 80% dokter Manusia.
“Apakah AI benar-benar lebih hebat dari dokter manusia?”
Menurut “Global Science”, AI memang sangat hebat dalam membuat diagnosis, dan berkemungkinan besar akan membawa perubahan Disruptif dalam seluruh industri medis di dunia.
Namun, AI masih memiliki dua masalah yang sulit dipecahkan sejauh ini. Masalah “efek kotak hitam” dan, Masalah “tanggung jawab medis.”
Di bidang klinis, aplikasi utama kecerdasan buatan adalah untuk menganalisis Pencitraan medis pasien dan, mengecek apakah pasien tersebut benar-benar sakit.
Sekarang mungkin Anda bertanya lagi,” Bukankah dokter manusia dapat melakukannya?” Mengapa perlu AI?”