JAKARTA-Virus corona menyebar secepat kilat ke hampir seluruh negara di dunia. Data Organisasi Kesehata Dunia (WHO) menyatakan hingga 29 Maret 2020, disebutkan jumlah orang yang positif virus ini sudah menembus angka 634. 835 orang. Di antara jumlah tersebut, total 29.957 orang yang mengalami kematian.
Berbagai upaya yang dicoba, rupanya belum bisa menghentikannya. Lalu, muncul opsi terakhir yang cukup kontroverisial untuk menghentikan pandemi ini yaitu dengan memanfaatkan herd immunity. Seperti apa kekebalan yang dimaksud ini?
Herd immunity secara harafiah bisa diartikan sebagai kekebalan komunitas. Jadi, dalam satu komunitas harus ada cukup banyak orang yang imun atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut tidak lagi bisa diserang oleh suatu virus.
Baca Juga:UPDATE: Pasien Positif Corona di Indonesia 1.414 Kasus dan Meninggal Dunia 122 orang, Sembuh 75Penyemprotan Desinfektan ke Tubuh Manusia Berbahaya, Ini Penjelasan Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19
Mengutip laporan Business Insider, Senin (30/3/2020), herd immunity adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap patogen, sehingga penularan tidak terjadi secara luas. Contohnya, untuk membatasi penyebaran campak, para ahli memperkirakan bahwa 93% hingga 95% dari populasi harus kebal.
Campak sendiri dianggap lebih menular bila dibandingkan dengan COVID-19. Buktinya, para ahli memperkirakan 40% hingga 70% populasi harus kebal untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Di samping itu, herd immunity juga dapat dicapai melalui penggunaan vaksin, seperti dalam kasus cacar dan campak. Sayangnya, sejumlah ahli mengatakan dibutuhkan waktu selama kurang lebih 18 bulan untuk mengembangkan vaksin corona.
Kekebalan kelompok disinyalir bisa dilakukan secara alami, bila orang-orang yang terbukti positif corona pulih kembali dan menjadi kebal.
Namun hingga saat ini, para tenaga medis dan ilmuwan menolak keras bila kebijakan tersebut diterapkan oleh sebuah negara.
“Mereka membuat asumsi besar bahwa, ‘anak muda bisa tertular tapi tidak akan mati’. Belum ada cukup data yang mendukung hal itu. Kami justru belihat banyak orang-orang berusia 30 tahun di ICU, dan kami tidak tahu apakah mereka tidak akan memiliki masalah pernapasan jangka panjang atau masalah paru-paru,” kata Natalie Dean.
Lalu negara mana saja yang ingin mengadopsi konsep Herd Immunity? Berikut rangkuman beritaradar.com:
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Baca Juga:Pangkogabwilhan I Sebut Dua Pasien di RS Darurat Corona Meninggal DuniaSetelah Riyadh, Mekah dan Madina, Kini Arab Saudi Lockdown Jeddah
Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan negaranya akan mengembangkan kekebalan terhadap virus corona baru di antara penduduknya dengan memungkinkan sejumlah besar untuk tertular penyakit dengan kecepatan terkendali.