SEBAGAIMANA telah dikabarkan dalam beritaradar.com, (25/3), meski berita ini populer di media sosial, belum dapat dipastikan bahwa sang pastor kembali meminta jemaatnya menenggak zat berbahaya. Selain itu belum ada pula media kredibel yang menyoroti kasus ini. Berita tewasnya puluhan jemaat pertama kali diangkat oleh outlet berita Kenya Report, akan tetapi berita itu dihapus tak lama kemudian. Selain itu foto dari laporan yang diterbitkan adalah foto lama yang akhirnya menimbulkan keraguan atas keaslian berita terkait.
Perlu digaris bawahi bahwa media sosial melaporkannya sebagai berita palsu dan tidak dapat diverifikasi secara independen.
https://beritaradar.com/2020/03/25/pemuka-agama-diduga-beri-para-jemaahnya-minum-dettol-cegah-virus-corona-59-orang-tewas/
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa foto di artikel itu adalah jemaat Gereja tewas setelah minum Dettol demi cegah Virus Corona COVID-19 adalah klaim yang salah.
Baca Juga:Janji Facebook Investasikan US$100 Juta untuk Jurnalisme Pemberitaan CoronaLuhut Binsar Pandjaitan Tunda Penyetopan Operasi Bus AKAP, Respons Anies?
Foto itu diunggah di situs citizen.co.za yang beroperasi di Guateng, Afrika Selatan, pada 9 Desember 2016. Judulnya berbunyi “Another pastor strikes, makes congregants drink Dettol”.
Dalam artikelnya, situs tersebut menjelaskan, peristiwa jemaat diminta minum cairan Dettol terjadi di Gereja Kristen Spiritual AK di Makgodu, Limpopo, Afrika Selatan.
Dikisahkan bahwa saat itu ada pendeta bernama Rufus Phala yang mengaku nabi. Dia melakukan pengobatan masal untuk mengatasi virus ebola. Phala mengetahui bahwa Dettol adalah cairan berbahaya untuk dikonsumsi. Namun, dia mengaku mendapat perintah dari Tuhan untuk menggunakannya. Dia pun mengeklaim bahwa ada jemaat yang telah sembuh setelah meminum cairan tersebut.
Sementara itu, situs pencari fakta OpIndia memastikan bahwa peristiwa jemaat minum Dettol terjadi pada 2016.
Namun mereka tidak menemukan sumber kredibel yang menyebutkan ada 59 kematian akibat peristiwa itu.Situs Kenya Report yang pertama melaporkan justru telah menarik pemberitaan tersebut.