Kadang ia lupa hitungan: sudah berapa gayung. Untuk itu ia harus memulai lagi dari hitungan pertama.
Aminarto lahir di Blitar, Jatim. Demikian juga istrinya. Ia punya kerabat yang sering menjalani tirakat secara Jawa seperti itu. Termasuk dikubur di kuburan selama tiga hari –puasa pendem.
Kerabat itu juga tidak memikirkan duniawi. Ia lebih suka berkelana. Sampai Aminarto tidak pernah lagi bertemu dengannya.
Baca Juga:UPDATE: Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 1000, Jumlah Kematian Masih Tertinggi di Asia TenggaraInilah Kronologi Letusan Gunung Merapi Pada Jumat Malam
Suatu saat ada rombongan kecil dari Sumatera. Mereka disuruh guru spiritual untuk mencari seorang mursyid di Jatim. Tanda-tandanya: mursyid itu pernah merelakan apa pun hilang darinya. Termasuk istrinya.
Semua tanda itu mengarah ke kerabat Aminarto tersebut. Termasuk saat si kerabat punya istri dan anak kecil. Teman SMA si kerabat pernah jatuh cinta ke istri kerabat itu. Lalu sang istri diminta. Diberikan.
Sejak itu si kerabat tidak kawin lagi. Anak kecil itu pun dirawat familinya. Ia sendiri lebih banyak berkelana.
“Akhirnya kami tahu kerabat kami itu punya banyak pengikut. Kami pun akhirnya ikut nglakoni seperti yang dianjurkannya,” ujar Aminarto.Termasuk puasa mutih tadi.
Saya pun baru tahu sekarang ini: mengapa ia dulu menjadi tenaga cleaning service di kantor kami.
Saat melamar menjadi cleaning service dulu ternyata sebenarnya ia sudah di semester akhir. Di IKIP Negeri Surabaya. Jurusan pendidikan elektro.
Tidak ada di antara kami yang tahu itu. Ia juga tidak pernah bercerita. Ia hanya mencantumkan lulusan STM di Blitar.
Baca Juga:Bukan Lockdown, Mahfud MD: Pemerintah Siapkan PP Karantina WilayahHasil Riset Peneliti Inggris Ungkap Ratusan Ribu Kasus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi
Setelah lulus kuliah Aminarto melamar menjadi pegawai negeri. Guru. Diterima. Dengan penugasan pertama menjadi guru STM di Lampung.
Ia pun ke Blitar. Ingin pamit ke ibunya. Sang ibu lagi sakit. Lalu minta sang anak untuk tetap di pekerjaannya di Surabaya.
Aminarto pun tetap menjadi cleaning service. Sering disuruh wartawan membeli nasi bungkus. Setiap kali ada wartawan tiba di kantor setiap itu pula ada permintaan yang berbeda.
Semua ia laksanakan tanpa keluhan.
Lama-lama Aminarto diminta membersihkan komputer. Atau membetulkan kabel. Kok bisa semua. Akhirnya jadi teknisi di ruang redaksi.