Tapi kalau layar di ponselnya warna kuning mereka tidak boleh ke mana-mana. Apalagi warna merah. Dari mana asal status kesehatan itu? Siapa yang memberi status hijau, kuning, atau merah itu? Semua itu berasal dari big data. Ketika dulu Anda men-download apps ‘Harta Karun’ itu Anda harus menjawab banyak pertanyaan yang muncul di layar. Pilihan jawabannya sudah ada di bawah pertanyaan. Tinggal pilih.
Sebelum masuk ke bagian pertanyaan, Anda harus membaca deklarasi di situ: bahwa Anda sendiri yang menjawab, bukan orang lain. Bahwa Anda mengisinya dengan jujur. Bahwa kalau tidak jujur bersedia menanggung konsekuensi hukumnya. Lalu masuk ke pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaannya banyak: ada 16 soal.
Misalnya ke mana saja selama 14 hari terakhir. Apakah sedang batuk/demam/panas. Apakah pernah ke kantor selama 14 hati terakhir. Di kecamatan mana kantornya. Dan banyak lagi. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak hanya muncul sekali waktu download.
Baca Juga:Puncak Jaya Tutup Penerbangan Mulai Hari IniStaf Ratu Elizabeth II Dilaporkan Positif Terjangkit Corona, Bagaimana Nasib Ratu
Itu muncul setiap hari. Sekali lagi: setiap hari. Setiap jam 10.00. Dan setiap hari pula Anda harus menjawabnya –lalu send. Semua jawaban itu masuk ke sentral data. Terpusat. Jadilah big data. Semua itu terkumpul dalam sebuah big data. Big data-lah yang menjadi sumber. Untuk diproses. Lalu muncullah status hijau, kuning, atau merah di layar ponsel.
Di bagian atas layar ponsel itu juga terlihat hari, tanggal, bulan, tahun dan jam. Lalu ada foto wajah Anda. Di bawah foto Anda itulah warna hijau, kuning, atau merah ditampilkan. Dengan demikian ketika Anda menunjukkan layar ponsel ke petugas akan terlihat foto Anda, tanggal-hari-bulan-tahun-jam, dan status kesehatan Anda: hijau, kuning, atau merah.“Apakah Anda sendiri yang memasang foto itu di layar apps tersebut?” tanya saya. “Bukan,” jawabnya. “Waktu download Apps, saya diminta menghadapkan wajah ke kamera. Wajah saya terfoto. Langsung muncul di Apps itu,” tambahnya.
Berarti big data berperan sangat besar dalam sistem lock down di Tiongkok. Tanpa big data tidak mungkin bisa terkontrol seketat itu. Begitu modern sistem lock down di Tiongkok. Pantas kalau dokter yang diperbantukan ke Milan menganggap yang terjadi di Italia itu adalah opo tumon. “Opo Tumon lock down kok begitu”. (dahlan iskan)