Di Amerika sendiri diberitakan sudah mampu melakukan uji coba obat sejenis. Sudah disuntikkan ke 45 orang sehat –yang mau jadi relawan uji coba. Obat baru itu disuntikkan di lengan atas mereka. Itu untuk mengetahui efek samping obat tersebut. Tapi tes seperti itu masih panjang. Prosedurnya banyak. Paling cepat setahun. Bahkan bisa 18 bulan –barulah bisa diproduksi. Itu pun kalau hasil tesnya berhasil.
Atau meniru Korsel. Izin memproduksi penemuan baru untuk alat test Covid-19 keluar dalam satu minggu. Soal penemuan obat anti-Covid-19 Tiongkok sudah lebih dulu mengumumkan. Februari lalu. Yakni ketika militer diperintahkan terjun ikut mengatasi Covid-19 –di pusat wabah itu: Wuhan.
Militer membangun rumah sakit darurat di gedung olahraga yang besar di Wuhan. Semua dokter dan perawatnya militer. Sebelum mulai bertugas mereka disuntik anti-Covid-19. Juga di lengan atas mereka. Agar tidak tertular. Video penyuntikan ini dipublikasikan secara luas. Dua minggu lalu rumah sakit darurat tersebut ditutup. Jumlah penderita baru di Wuhan sudah menurun drastis.
Baca Juga:Desak Jokowi Ikuti Langkah Duterte Pecat Pejabat Dan Petugas Yang Masukkan Pekerja China, Iwan Sumule: LBP mau Buat Rakyat Marah?Pastikan 49 TKA China di Kendari Ilegal, Ini Penjelasan Staf Khusus Kemnaker Dita Indah Sari
Waktu penutupan itu dilakukan tinggal 46 pasien baru Covid-19 di Wuhan. Itu cukup ditangani rumah sakit reguler. Seminggu setelah penutupan itu hanya ada 1 pasien baru Covid-19 di Wuhan. Kegembiraan hari itu bukan hanya misi militer sudah berhasil, tapi juga ini: tidak satu pun dokter dan perawatnya yang tertular Covid-19.
Nama pemimpin mereka pun melambung tinggi. Seorang mayor jendral. Wanita. Dokter. Ilmuwan. Ahli virus. Umur 54 tahun. Namanya: Mayjen Chen Wei. Ahli epidemiologist dan virologist. Apakah nonmiliter sudah akan boleh menggunakan obat yang disuntikkan itu tergantung evaluasi atas efek samping obat tersebut. Termasuk bagaimana bila yang disuntik tidak sesehat para tentara itu.
Lockdown di Tiongkok sangat berhasil. Tanpa lockdown di Korsel juga berhasil –meski masih ada saja penderita baru. Bagi Korsel, sebenarnya, melakukan lockdown sekali pun tidak sesulit Tiongkok. Wilayahnya kecil. Dikelilingi laut –kecuali di perbatasan Utara. Penduduknya disiplin.
Tabungan uangnya banyak. Di-lockdown tiga bulan pun masih ada uang untuk belanja. Meski begitu Korsel masih juga kecolongan. Tiba-tiba muncul penderita baru dalam jumlah besar. Sekaligus 46 orang. Hanya dalam satu hari. Setelah ditelusuri penyebabnya satu: di sebuah gereja. Nama gereja itu: River of Grace Community Church. Hari itu, tanggal 1 dan 8 Maret, gereja melaksanakan tindakan pencegahan Covid-19 kepada jemaatnya.