NEW YORK- Harga minyak anjlok pada akhir perdagangan Rabu (18/3/2020), dengan minyak mentah berjangka AS turun ke tingkat terendah 18 tahun, karena pemerintah di seluruh dunia banyak melakukan karantina wilayah (lockdown) untuk melawan pandemi virus corona (COVID-19) yang menyebabkan permintaan bahan bakar global jatuh.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$ 6,58 atau 24,4 persen, menjadi US$ 20,37 per barel. Minyak mentah berjangka AS telah kehilangan 56 persen selama 10 hari terakhir, dalam perdagangan 10 hari terburuk sejak kontrak diluncurkan pada 1983, atau 18 tahun lalu. Sementara minyak mentah berjangka Brent jatuh US$ 3,85 atau 13,4 persen, menjadi US$ 24,88 per barel, setelah merosot tajam ke posisi serendah US$ 24,52, tingkat terlemah sejak 2003.
Minyak berjangka telah kehilangan lebih dari setengah nilainya dalam 10 hari terakhir, ketika sekolah tutup, kegiatan bisnis berhenti dan pemerintah di seluruh dunia mendesak warga untuk membatasi pertemuan. “Permintaan minyak global pada akhir Maret turun sebanyak 8 juta hingga 9 juta barel per hari (bph),” kata Goldman Sachs.
Baca Juga:Cegah Virus Corona, UIN Alauddin Atur Jadwal Salat Jumat Hanya 7 MenitOpo Tumon
Investor meninggalkan aset berisiko pada Rabu (18/3/2020), setelah pasar ekuitas pulih pada Senin (16/3/2020).
“Pasar menurun. Pasar mencoba mencari titik terbawah dan sepertinya tidak dapat menemukan,” kata Vice President Tradition Energy di Stamford, Connecticut, Gene McGillian. “Ada ketakutan akan keruntuhan ekonomi karena virus ini, secara global.”
Pasar minyak sudah terhempas setelah Arab Saudi bulan ini memutuskan meningkatkan pasokan ketika kerajaan itu dan Rusia tidak mencapai kesepakatan memangkas produksi guna mengantisipasi permintaan yang lemah.
Minyak mentah berjangka AS turun bahkan setelah data mingguan AS menunjukkan persediaan bensin dan solar turun signifikan. Stok minyak mentah naik dua juta barel, sementara persediaan bensin dan sulingan turun masing-masing 6,2 juta dan 2,9 juta barel. (Reuters)