- Labuhan
Labuhan menjadi prosesi terakhir dalam rangkaian acara adat seiring dihelatnya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono di Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Yaitu usai prosesi Sugengan, maka pada keesokan harinya, atau tepatnya pada 30 Rejeb untuk perayaan naiknya tahta Sultan HB X.
Upacara Labuhan ini dilakukan dnegan maksud sebagai penyampaian doa dan pengharapan guna membuang segala sifat buruk, yang dalam pelaksanaannya, Kraton Jogja mengarak seluruh ubarampe yang telah dipersiapkan dari Gedhong Prabeyeksa menuju Bangsal Srimanganti, yang selanjutnya diberangkatkan menuju ke empat titik petilasan, yakni Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Dlepi Khayangan.
Empat titik petilasan itu dipilih sebagai tempat labugan padalnya dinilai memiliki kaitan sangat erat dengan sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Dengan begitu, dapat dikatakan pula bahwa prosesi labuhan ini secara tidak langsung merupakan napak tilas sejarah Kraton Yogyakarta.
Baca Juga:Bela Kalista Iskandar, Najwa Shihab Singgung saat Bamsoet Dilantik jadi Ketua DPRSaat Finalis Puteri Indonesia asal Sumatera Barat ini Tidak Hafal Pancasila
Hal menarik pada upacara labuhan ini adalah, bahwa semua abdi dalem yang mengarak ubarampe diharuskan mengenakan pakaian adat lengkap dengan tanpa mengenakan alas kaki, yang itu dikenakan sejak berangkat dari komplek keraton hingga sampai ke lokasi tujuan labuhan, baik itu yang menuju Pantai Parangkusumo ataupun Gunung Merapi.
Hanya saja memang ada pengecualian untuk prosesi labuhan dengan tujuan di titik petilasan Gunung Lawu, karena mengingat medan yang ditempuh cukup sulit dan bahjan cenderung berbahaya, maka biasanya para Abdi Dalem tersebut dilengkapi dengan jaket dan alas kaki. (*)
Gambar diambil dari Akun Instagram @kratonjogja