“Dalam event ini tidak sekadar memajang baju menggunakan manekin, terus fashion show, tetapi kita ada interaksi teknologinya, menggunakan warna-warna yang modern, penataan bahasanya yang tidak terlalu baku, tetapi lebih kepada story telling yang lebih ringan,” papar GKR Hayu.
Dalam peringatan jumenengan digelar pembukaan pameran budaya Jawa Abalakuswa: Hadibusana Keraton Yogyakarta di Bangsal Pagelaran, Keraton Yogyakarta.
Pada perhelatan ini turut ditampilkan Fragmen Golek Menak dengan lakon “Jayengrana Jumeneng Nata” yang dapat disaksikan oleh masyarakat umum.
Baca Juga:Ngebluk Ngapem Sugengan dan Labuhan dalam Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono Tahun 2020Bela Kalista Iskandar, Najwa Shihab Singgung saat Bamsoet Dilantik jadi Ketua DPR
Adapun jalan ceritanya mengisahkan seorang Amir Ambyah (putra dari Adipati Mekkah, Abdul Mutolib), yang merupakan nama kecil dari Tiyang Agung Jayengrana yang sangat nakal saat masih kecil.
Memasuki masa remaja dan dewasa, Amir Ambyah memutuskan untuk mengembara didampingi oleh Umarmaya dan Maktal. Mereka mengembara dan menyebarkan agami suci. Pada saat pengembaraannya, dia menemukan peninggalan Nabi Iskak, yakni Kuda Kalisahak. (*)