SBY juga menjadi Presiden RI pertama yang menjabat dua periode. Dia terpilih kembali dalam Pemilu 2009 dan berhasil mempertahankan jabatan hingga 2014.
Asal Usul Mitos
Anggota Tim Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Kota Kediri Imam Mubarok, yang biasa disapa Gus Barok, menjelaskan asal usul mitos itu. Legenda yang menyebut Presiden RI akan jatuh setelah berkunjung ke Kediri berangkat dari folklor mengenai kutukan penguasa Kalingga Selatan, Kartikea Singha.
Menurut Gus Barok, jika berpegangan pada folklor tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintahan SBY “selamat” karena hanya berkunjung ke wilayah Kediri Timur. SBY, dikatakan Gus Barok, tidak berani menyeberang ke barat Sungai Brantas.
Baca Juga:Buku ‘Menjerat Gus Dur’ Ungkap Dokumen Lengserkan Gus DurSejak Peristiwa Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan, Polisi Telah Menerbitkan 5 SPDP
“[SBY ke Kediri] Tahun 2007 dan 2014. Dia ke Kediri, tapi di wilayah timur sungai, tidak berani menyeberangi sungai, ke barat Sungai [Brantas],” kata Gus Barok saat ditemui wartawan di kediamannya di Kota Kediri, Senin (17/2/2020), dilansir beritaradar.com.
Kota Kediri memang dibelah Sungai Brantas menjadi dua bagian, timur dan barat sungai. Menurut Gus Barok, pada masa kerajaan, wilayah Kediri bagian barat merupakan area pawiyatan atau pusat pendidikan. Toponimi tersebut masih bisa dikenali hingga sekarang.
“Terbukti beberapa tempat pendidikan mulai dari sekolahan, pondok pesantren semua pesat berkembang di barat sungai daripada di timur Sungai [Brantas]. Memang Kediri bagian barat itu tempat pawiyatan,” tutur Wakil Ketua Lesbumi PWNU Jatim itu.
“Kalau membaca toponimi wilayah Kediri, maka di wilayah Kediri ada namanya Balowerti, ada namanya Pocanan, ada namanya Banjaran [yang semuanya di timur Sungai Brantas],” lanjutnya.
Gus Barok menjelaskan, secara harfiah Balowerti bisa diartikan sebagai tembok kerajaan. Adapun wilayah Balowerti berada di timur Sungai Brantas.
“Maka kerajaannya di mana? Ya di timur sungai,” sebutnya.
Menurut Gus Barok, jika mengacu pada cerita rakyat atau folklor yang berkembang di Kediri maka pemerintahan Presiden SBY “selamat” karena yang bersangkutan tidak menyeberangi Sungai Brantas ke wilayah pawiyatan.
“[SBY ke Kediri] Enggak nyeberangi sungai. Tapi lagi-lagi jangan, bahwa ini [folklor] bukan patokan. Lagi, silakan percaya, silakan tidak. Tinggal mengimani kepada Allah,” katanya.