sampai 3 ton masker made in Indonesia dikirim ke Tiongkok. Lewat bandara
Bangkok. Yang masih memiliki jalur penerbangan cargo ke sana.
Pun sampai harga masker di
dalam negeri naik drastis.
Meski ada trend membaik,
kewaspadaan terhadap virus tetap tinggi. Provinsi Guangdong –yang ibukotanya
Guangzhou– mengesankan Perda baru: situasi sekarang ini dianggap sudah dalam
keadaan darurat perang. Yakni perang melawan virus.
Menurut Perda baru itu
pemerintah berhak mengambil alih hak milik swasta. Rumah sakit swasta,
apartemen, pabrik-pabrik bisa diambil sementara. Untuk keperluan penanganan
korban virus. Pemerintah bisa memaksa pabrik untuk memproduksi apa pun yang
terkait virus. Misalnya memproduksi masker, alat suntik, infus dan seterusnya.
Baca Juga:Malam Ini, Lingkar Jenar Bahas Buku Puisi “Mencatat Demam” dan Hadirkan PenulisnyaKomentari Rencana Prabowo Borong 11 Sukhoi Su-35, Lyudmila Vorobieva: Indonesia Akan Memiliki Sistem Persenjataan Terbaik Di Dunia
Sampai kemarin teman-teman
saya yang di Beijing masih belum berani berkantor. Masih bekerja di rumah. Sebenarnya
sejak Senin kemarin kantor harusnya sudah buka. Liburan tahun baru sudah
berakhir. Tapi pemerintah menambah libur itu satu minggu lagi.
Bagi yang buka kantor
boleh. Tapi harus melapor berapa yang masuk kerja hari itu. Berapa lama
berkantor. Berikut identitas lengkapnya.
Sejak Cap Go Meh lalu
Beijing sudah tidak salju lagi. Tapi udara masih sangat dingin. Tadi malam
masih 3 derajat celsius. Kereta cepat masih beroperasi tapi jumlahnya
dikurangi. Kereta jurusan Beijing-Guangzhou misalnya, masih tidak berhenti di
Kota Wuhan. Yang letaknya persis di pertengahan.
Teman saya di Kota Nanchang –tetangga provinsi Hubei– sudah ada yang masuk kantor. Dengan memakai masker. Dan menjaga jarak dengan karyawan lain: harus lebih 1 meter. Sampai di sini kita masih belum melihat peranan IT, AI, face regocnition yang nyata dalam ikut mengatasi wabah ini.
Sebenarnya agak ironi.
Gegap gempita Tiongkok di bidang itu ternyata belum bisa banyak bicara di saat
sangat diperlukan. Wabah ini telah sekali lagi menegur keteledoran manusia.
Tapi wabah tetaplah wabah. Bisa terjadi di mana saja. Bisa pula berupa gempa.
Karena itu WHO memutuskan
untuk secara resmi memberi nama baru virus Wuhan ini: Coved-19-. Agar jangan