itu,” katanya.
Selain tentang hama babi dan monyet, kata Dede, keluhan
lainnya yang disampaikan para kades tersebut, yakni tentang kekeringan yang
masih melanda, meskipun saat ini sudah memasuki musim penghujan.
“Sampai sekarang pun di sana (lereng Ciremai, red) masih kering, walaupun musim hujan.
Padahal dulu di sana sumber air, dan banyak mata air. Kami tidak menyalahkan
siapa-siapa, tapi kami menggali permasalahan ini di mana akarnya,” ujar Dede.
Tidak hanya masyarakat di kawasan barat lereng Ciremai,
lanjut Dede, pihaknya pun Kamis pagi ini (13/2) akan mengunjungi masyarakat di
wilayah tengah lereng Ciremai, tepatnya di Desa Cisantana Kecamatan Cigugur.
Mengingat ada keluhan yang sama di daerah tersebut yang akan disampaikan ke
Komisi 3.
Baca Juga:Jabar Berkomitmen Realisasikan 5 Program Prioritas Pembangunan di 2021 bagi Seluruh DaerahKecam Aksi Kekerasan, Disdik Jabar Dorong Penguatan Mental Mengajar yang Baik
“Di sana (Cisantana, red)
juga keluhannya sama, kekeringan, hama babi danm. Kami sebatas menampung
keluhan dari masyarakat,” sebutnya.
Dari enam kepala desa yang hadir kemarin, lanjut Dede,
rata-rata mengeluhkan hal yang sama. Keluhan yang ditampung Komisi 3 DPRD
tersebut hanya sebagai sampling saja untuk nantinya akan dikoordinasikan dengan
eksekutif sebagai eksekutornya.
“Dulu mah
katanya leuweungna hejo bisa ngejo (hutannya hijau bisa
menanak nasi, red). Sekarang mah boro-boro.
Panen paheula-heula (saling adu cepat, red) dengan babi dan monyet. Sekarang mah pengen pisang harus beli ke Cirebon, pengen Ubi harus beli ke
Cirebon. Sebab panennya paheula-heula sama monyet sama babi.
Jadi, kasihan juga masyarakat seperti itu,” ujarnya lagi, seraya menyebut
sekarang masyarakat sudah tidak bisa lagi menggarap lahan karena ada aturan
yang melarangnya.
Komisi 3 DPRD akan menampung keluhan masyarakat lereng
Ciremai di tiga titik, baru setelah semuanya tertampung, pihaknya akan
menyampaikan laporan resmi kepada pimpinan DPRD, untuk kemudian bagaimana harus
mengambil langkah.
“Kami belum bisa menjawab solusinya seperti apa, karena
baru sebatas menampung. Besok (hari ini, red)
kami akan ke Cisantana, termasuk ke lapangan, ke Palutungan, ke Bupernya, di sana
sekarang sudah ada plur, padahal dulu tidak boleh. Ayo kita ke lapangan saja