JAKARTA-Pada Senin (3/2), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutkan, ia telah mengerahkan howitzer (senjata laras pendek untuk menembakkan peluru pada lintasan tinggi) dan jet tempur F-16 untuk menyerang pasukan Presiden Bashar al-Assad di dekat perbatasan Turki. Serangan itu dilakukan untuk menanggapi pembunuhan delapan tentara Turki di provinsi Idlib di Suriah barat laut.
“Kami bertekad untuk melanjutkan operasi kami untuk memastikan keamanan negara kami, bangsa kami dan saudara-saudara kami di Idlib,” Erdogan memperingatkan, seperti yang dikutip World Politics Review.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar kemudian mengklaim mereka telah menewaskan 76 tentara Suriah dalam serangan di lebih dari 50 sasaran berbeda di daerah itu. Pemerintah Assad belum mengungkap jumlah korbannya, tetapi bentrokan itu telah memicu eskalasi brutal di Idlib.
Baca Juga:Pasca Insiden Pembakaran Sepatu Oleh Oknum Guru, Rian Kini Bisa Tertawa KembaliPesawat Pegasus Airline Jenis Boeing 737-86J Ini Terbelah, 3 Tewas di Turki
Perang saudara Suriah telah mereda sejak puncak pertempurannya pada 2012-2016, dengan pemerintah Assad mengambil alih kendali sebagian besar wilayah Suriah. Namun, pertempuran masih berlangsung sengit di Idlib.
Provinsi itu saat ini dikendalikan oleh kelompok Islam yang didukung Turki dan dipimpin oleh kelompok jihadis Hayat Tahrir al-Sham. Sebelumnya, kelompok ini dikenal sebagai Front Nusra. Negosiasi intermiten antara Rusia, Turki, dan Iran (semuanya memiliki pasukan di Suriah) membahas pertempuran di Idlib, tetapi negosiasi itu selalu gagal untuk menghentikan pertempuran di sana.
Setelah periode yang relatif tenang pada 2018, pasukan Assad yang didukung Rusia dan Iran kembali menyerang di Idlib April lalu. Mediasi Turki-Rusia berhasil mencapai gencatan senjata selama musim panas, tetapi pada akhir tahun, pertempuran meletus kembali.
Militer Suriah menyatakan, tujuan mereka adalah untuk membebaskan “semua wilayah Suriah dari terorisme.” Saat ini, mereka fokus pada jalan raya M5, jalan utama utara-selatan yang menghubungkan Suriah utara dengan Damaskus. Jalan ini telah terputus selama bertahun-tahun karena diambil alih oleh pasukan pemberontak di Idlib di selatan Aleppo.
Pada 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mencoba dan membuka kembali bagian jalan raya yang dikontrol jihadis itu, tetapi upaya itu tidak pernah berhasil, dan para loyalis Assad sekarang mengatakan jalan itu adalah “target sah mereka.”