JAKARTA – Terlambatnya pemberitahuan Natuna sebagai tempat observasi WNI dari Wuhan, Cina menjadi penyebab sejumlah penolakan. Warga di Natuna ramai-ramai demo menolak kedatangan WNI yang mayoritas adalah mahasiswa tersebut.
Saat berada di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (4/2), Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal mengklarifikasi kesalahpahaman antara pemerintah pusat dan daerah terkait penetapan pangkalan udara Raden Sadjad di Natuna sebagai tempat observasi.
Ia mengaku baru dikabari jika wilayah yang dipimpinnya dipilih sebagai tempat transit observasi sehari sebelum WNI tiba di Natuna. Informasi tersebut juga didapat dari sekretaris daerah yang kebetulan sedang berada di Jakarta. “Informasi last minute, pas besoknya (WNI) dikirim. Jadi satu hari sebelumnya. Jadi Sabtu baru dapat kabar,” ujar Abdul. Dia menegaskan tidak ada informasi tertulis dari pemerintah pusat yang menyebut bahwa lokasi observasi WNI dari Wuhan. “Sebelumnya belum ada. Kita terus terang saja, belum ada. Kami memang dapat berita itu hari Sabtu dari media elektronik dan staf yang memberi informasi,” papar Abdul.
Baca Juga:Dubes Republik Islam Iran untuk Indonesia: Pembunuhan Soleimani Adalah Penyebaran Iranphobia Dan IslamophobiaKorban Loncat dari Mobil Pelaku, Penculik Babak Belur Dihajar Massa
Kendati sempat terjadi ketegangan dan penolakan di Natuna, Abdul mengaku saat ini situasi sudah kondusif. Soal penjelasan dari pemerintah pusat, dia dapatkan saat bertemu dengan Menkopolhukam Mahfud MD.
Sementara itu, Komisi IX DPR RI berjanji akan memperjuangkan permintaan Abdul Hamid terkait penyiapan posko – posko kesehatan untuk warganya dalam mencegah penyebaran virus corona. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh menyampaikan, permintaannya yang pertama adalah adanya posko-posko kesehatan bukan hanya di dalam tempat observasi tetapi di lingkungan masyarakat. “Apalagi saya baru tahu kalau ternyata tempat observasi dengan permukiman penduduk sekitar 1,7 Km, jadi cukup dekat,” ujar Nihayatul.
Posko kesehatan itu sangat dibutuhkan karena rumah sakit di Natuna baru tipe C yang peralatannya kurang memadai. Menurutnya, warga bukan tidak mau menerima kehadiran WNI dari Wuhan itu. Namun karena kurangnya komunikasi dan sosialisasi antara pemerintah pusat dan pemda, maka muncul adanya kesalahpahaman dan penolakan.
“Mereka sebenarnya ketakutan, berasal dari kurang sosialisasi dan komunikasi yang ada. Karena menurut bupati mereka baru dikabari kepastian akan ada warga negara Indonesia dari Wuhan datang sehari sebelumnya. Itu pun sudah sore. Jadi saya kira wajar ketika melakukan aksi itu. Ini lebih karena persoalan ketakutan bukan tidak mau menerima,” tandasnya. (fin)