JAKARTA-Serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk membunuh jenderal kawakan Iran, Letjen Qassem Soleimani pada Jumat (3/1) adalah bentuk penyebarluasan Iranphobia dan Islamophobia di kawasan.
Demikian yang diungkapkan oleh Dutabesar Republik Islam Iran untuk Republik Indonesia, Mohammad Azad ketika melakukan silaturahmi dengan wartawan di kediamannya, Jalan Madiun, Menteng, Jakarta, Selasa malam (4/2).
Azad menjelaskan, AS telah melakukan teror kepada tokoh sekaligus simbol perlawanan terhadap terorisme. Pasalnya, sepenjang hidupnya, Soleimani telah mengabdikan diri untuk melawan terorisme.
Baca Juga:Korban Loncat dari Mobil Pelaku, Penculik Babak Belur Dihajar MassaBocorkan Informasi Program Nuklir, Iran akan Eksekusi Mata-Mata untuk CIA
Jasa Soleimani pun dapat dilihat dari jutaan orang yang turun ke jalan ketika pemakaman Komandan Pasukan Al Quds Garda Revolusi Iran itu berlangsung. Alih-alih ikut melawan teror, AS justru ingin keadaan semakin buruk.
“Mereka, pihak-pihak asing sedang menyebarluaskan Iranphobia dan Islamophobia di kawasan demi satu tujuan, yaitu menjual persenjataan mereka di kawasan,” ungkap Azad.
Azad melanjutkan, AS tak pernah berharap ada perdamaian di kawasan Timur Tengah. Buktinya, Soleimani yang saat itu membawa pesan perdamaian dibunuh. Atas serangan ini, Iran pun melakukan sebuah pembalasan yang logis dan rasional dengan menyerang dua pangkalan militer AS di Irak.
Selama delapan tahun terakhir, AS memang kerap menyerang Iran. Tekanan terhadap Iran bahkan dijadikan agenda kebijakan luar negerinya.
“Pertama mereka ingin menekan Iran di bidang bahan bakar, lalu berpindah agar ekspor minyak kita mencapai angka nol. Ini mungkin bisa dikatakan sebagai terorisme ekonomi,” ujar Azad.