JAKARTA-Wabah virus corona yang berasal dari China telah menjadi suatu kasus besar yang dikhawatirkan oleh seluruh negara di dunia. Pasalnya pada Kamis (30/1), World Health Organization (WHO) telah menetapkan situasi darurat global terkait virus corona ini.
WHO menetapkan status darurat ini setelah China melaporkan lonjakan angka korban meninggal terbesar dalam sehari, yang kalau dijumlah secara total sudah mencapai 170 orang meninggal.
Kenyataan ini pun turut dikomentari seorang peneliti Indonesia dibidang biotekhnology Muhammad Cholid saat mengisi diskusi bertajuk “Bagaimana Kita Menghadapi Tragedi Wuhan” di The MAJ, Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (1/2).
Baca Juga:Warga Natuna Demo Tolak Jadi Tempat Observasi 245 WNI dari Wuhan245 WNI dari Wuhan akan Diobservasi di Rumah Sakit Pangkalan Militer di Natuna
Dalam kesempatan itu, Cholid mengaku ikut meneliti biotekhnology yang dilaksanakan Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Zhejiang University di Hangzhou, China.
Dalam prosesnya, Cholid mendapatkan satu pembelajaran mengenai pola birokrasi dan pemerintahan di China. Dimana menurutnya, pemerintahan Presiden Xi Jinping mengalami hambatan dalam prosea penanganan kasus virus corona ini. Hambatan itu, disebutkan Cholid, dikarenakan struktur kelembagaan pemerintahan jauh lebih rendah ketimbang pejabat partai.
Dia memberi contoh konkret mengenai pola birokrasi di Kota Wuhan. Dimana, wali kotanya berada di bawah kendali sekretaris partai. Akibatnya, sikap wali kota tidak tegas dalam menangani kasus ini.
“Secara umum memang birokrasi dimana-mana kemungkinan bisa menghambat eksekusi. Sebenarnya dari kasus virus corona di Wuhan ini ada hal yang dapat kita pelajari,” ucap Cholid.
Meski demikian, Cholid sudah melihat pola keterbukaan yang lebih baik di pemerintahan Presiden Xi Jinping, jika dibandingkan dengan pola kepemimpinan Preside terdahulu China.
“Dia (pemerintah China) sekarang lebih terbuka. Lebih lentur dan berani minta maaf karena tidak mengambil keputusan dengan cepat. Beda sama sekretaris partai jaman dulu yang menekan mempertahankan kekuasaannya,” kata Cholid.
Tapi Cholid menilai, ideologi negara China yang komunis tidak mampu menangani penyebaran virus corona yang hingga kini telah mewabah di sejumlah negara tetangga.
Baca Juga:Wagub Jabar: Gunakan Medsos untuk Memajukan Masyarakat dan AgamaEvakuasi WNI di Wuhan Pemerintah Sewa Batik Air, Berangkat Siang Ini
“Ini suatu fakta yang kita pelajari adalah, ideologi komunisme tidak bisa mengontrol menyebarnya virus. Jadi seperti apapun kekuasaan pemerintahannya, peristiwa alam tiba-tiba, virus berkembang karena berbagai faktor dan hal, ya kita enggak bisa mengontrol,” tutur Cholid.