EDAN. Julinten tidak terlalu takut berada di sekitar Wuhan. Wali Kota Wuhan sendiri pilih mengundurkan diri. Kini sorotan pindah ke Wali Kota Xianning, tetangga Wuhan. Kota Xianning dianggap kurang sukses membentengi diri dari penularan virus Wuhan.
Di Xianning inilah tinggal banyak mahasiswa Indonesia. Salah satunya Julinten Iman Sallo. Asal Tana Toraja, Sulsel.
“Dibanding minggu lalu, apakah ketakutan Anda sekarang meningkat?” tanya saya tadi malam.
“Sama saja, Pak,” jawab Julinten.
“Kok Anda tidak kian takut?“
“Kami tahu apa yang harus kami lakukan,” jawabnyi.
“Apa yang Anda lakukan?”
“Tidak keluar asrama. Hidup sehat,” katanyi.
“Hidup sehat seperti apa yang Anda jalankan sekarang?”
Baca Juga:Evakuasi 245 WNI, Pesawat Air Bus A330-300 Telah Mendarat di WuhanPeneliti Indonesia: Ideologi Komunis China Tidak Mampu Tangani Penyebaran Virus Corona
“Bangun tidur minum air putih, lalu makan buah yang banyak mengandung anti oksidan, olahraga, istirahat,” katanyi.
“Berapa gelas air putih yang Anda minum saat bangun tidur?”
“Kami tidak pakai gelas. Kami punya botol berisi 600ml. Saya minum habis. Siang dan sore minum dua botol lagi.”
“Buah apa yang Anda makan tadi pagi?”
“Pisang satu biji dan apel satu butir,” jawabnyi.
Julinten sudah 2,5 tahun di Kota Xianning. Kini dia semester 5 di fakultas kedokteran di sana.
“Apakah sudah mendengar mahasiswa Indonesia akan dijemput pulang oleh pemerintah?” tanya saya.
“Sudah mendengar. Ada surat resmi dari pemerintah Indonesia ke pihak universitas,” jawab Julinten.
“Apakah Anda ikut pulang atau tidak?”
“Ya ikut pulang lah, Pak,” jawabnyi.
“Kan Anda tidak terlalu takut…”
“Keinginan kami untuk pulang atau tidak 50:50. Tapi kami harus menghargai upaya pemerintah. Kan pesawat sudah diterbangkan dari Jakarta. Masak pulangnya kosong. Kita harus menghargai upaya pemerintah,” jawabnyi.
“Kalau kelak virus Wuhan sudah reda apakah Anda akan balik lagi ke Xianning atau tidak?”
Baca Juga:Warga Natuna Demo Tolak Jadi Tempat Observasi 245 WNI dari Wuhan245 WNI dari Wuhan akan Diobservasi di Rumah Sakit Pangkalan Militer di Natuna
“Ya harus balik ke sini, Pak. Kan kami harus menuntut ilmu,” jawabnyi.
“Tingkat ketakutan Anda sekarang ini di skala berapa? Skala 1 sama sekali tidak takut. Skala 10 sangat takut.”
“Di skala 5 Pak,” jawabnyi.
“Apakah tingkat ketakutan teman-teman Anda juga di skala 5?”
“Tidak sama. Ada yang takut sekali. Misalnya adik angkatan yang baru tiba di sini tahun lalu. Lebih takut dari kami-kami. Mereka masih harus menyesuaikan diri hidup secara lebih disiplin. Apalagi mereka yang anak orang mampu yang biasa hidup enak,” jawabnyi.