https://twitter.com/Zabehulah_M33/status/1221794488072527873?s=20
Taliban selama ini menguasai sebagian besar wilayah Provinsi Ghazni. Kelompok ini juga sebelumnya pernah menjatuhkan helikopter musuh tapi untuk menjatuhkan pesawat militer yang mengudara tinggi kemapuan Taliban masih diragukan.
Sementara itu sumber intelijen Rusia mengklaim Michael D’Andrea, kepala operasional CIA yang mengotaki pembunuhan Panglima Garda Revolusi Iran Qassim Sulaimani ikut tewas dalam jatuhnya pesawat itu. AS sejauh ini belum memastikan klaim tersebut.
Dikutip dari New York Times, D’Andrea yang punya sejumlah nama alias termasuk Ayatullah Mike, the Dark Prince, dan the Undertaker. Dia adalah sosok agen CIA yang cukup terkenal di Timur Tengah. D’Andrea yang sudah masuk Islam itu mengepalai Pusat Misi Iran pada 2017. Di bawah kepemimpinannya, CIA bertugas mengambil tindakan lebih keras terhadap Iran.
Baca Juga:Dibalik Isu Coronavirus, China adalah Produsen Senjata Militer Terbesar Kedua DuniaRonny F. Sompie: Yang Benar Saya Dimutasi Bukan Dicopot, Istilah Pencopotan Sama Dengan Pembunuhan Karakter
Laman Middle East Monitor melaporkan, Selasa (28/1), beredar spekulasi Pasukan Garda Revolusi juga punya kaitan dengan peristiwa jatuhnya pesawat militer AS itu. Garda Revolusi disebut-sebut mendukung kelompok Taliban dan memberi dukungan persenjataan anti-serangan udara. Brigade Fatimyoun Afghan dilatih oleh Garda Revolusi.
Seorang jurnalis Iran yang tinggal di pengasingan dan menulis untuk harian Javan menyiratkan Garda Revolusi terlibat dalam jatuhnya pesawat itu.
“Pesawat Amerika jatuh di Afghanistan oleh Taliban. Mereka bilang pejabat intelijen ada di dalam pesawat itu. Laporan ini belum terkonfirmasi. tapi jika benar maka ada kemungkinan isu iran juga muncul dalam kasus ini,” kata dia di Twitternya.
https://twitter.com/beehnam/status/1221774062567018498?s=20
Pengganti Sulaimani sebagai Panglima Garda yang baru, Ismail Qaani, sebelumnya punya catatan menjalin erat hubungan dengan Afghanistan di era 1980-an.
Namun, hingga kini, Amerika Serikat belum menyampaikan rilis resmi soal jatuhnya pesawat dan korban di dalamnya. Yang pasti kematian D’Andrea akan menjadi kerugian besar bagi CIA dan misi mata-mata Amerika di Timur Tengah, khususnya untuk Iran saat ini.
Bagaimana tidak? Perjalanan karier D’Andrea di CIA memang jempolan, hingga dia jadi pentolan intel di AS. Dia merupakan arsitek pengejaran hingga penyergapan tokoh Al Qaeda Osama bin Laden hingga tewas di Pakistan. Sementara terkait pembunuhan Jenderal Iran, Qassem Soleimani, di Baghdad dengan menggunakan drone militer juga disebut sebagai operasi yang dipimpin Michael D’Andrea.