Seorang peneliti senior di Institut Virologi Wuhan, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan temuan itu harus diperlakukan dengan hati-hati.
“Ini didasarkan pada perhitungan model komputer. Apakah itu akan cocok dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata tidak dapat disimpulkan. Protein pengikat itu penting, tetapi itu hanya salah satu dari banyak hal yang diselidiki. Mungkin ada protein lain yang terlibat,” kata peneliti tersebut.
Para pakar meyakini bahwa jenis baru virus tersebut adalah virus RNA, yang berarti kecepatan mutasinya 100 kali lebih cepat daripada virus DNA seperti cacar. Sementara itu, para ilmuwan di Universitas Peking juga mengklaim bahwa virus mematikan itu ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui ular, yang dijual di pasar terbuka di Wuhan. (*)