JAKARTA-Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Anung Sugihantono, M.Kes menerima pemberitaan dari pemerintah Cina tentang terjadinya indikasi penularan Virus Corona di Cina atau novel Corona Virus (nCoV) dari manusia ke manusia. Sampai dengan 21 Januari sudah 218 orang warga Cina tertular virus nCoV, dengan 4 kematian.
“Ini menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah, bukan hanya pemerintah Indonesia tapi juga WHO,” katanya, Selasa (21/1) di Gedung Kemenkes, Jakarta.
Siang tadi, lanjut dr. Anung, setelah ada pemberitaan itu, Kemenkes mengundang berbagai pihak termasuk WHO untuk menskenariokan strategi dalam rangka menyiapkan sekaligus mengantisipasi penyebaran nCoV yang ada di Wuhan. Hingga berita ini publikasikan, WHO belum mengambil keputusan tingkat kewaspadaan seperti apa.
Baca Juga:Virus Baru: Coronavirus dan Penyakit SARSSup Kelelawar Diduga Pemicu Virus Corona
“Tetapi ada informasi dari WHO bahwa besok Sekjen PBB akan mengundang berbagai pihak yang berkaitan dengan hal ini (masalah nCoV) untuk menentukan langkah lebih lanjut dari kebijakan di bidang kesehatan oleh WHO,” kata dr. Anung.
Karakteristik nCoV mirip virus yang memicu Sindrom Pernapasan Akut Berat, atau SARS. Terkait hal itu Kemenkes sudah mengaktifkan kembali 100 RS rujukan Flu Burung yang sudah ada SK Menkes nomor 414 tahun 2007, melalui surat dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, pada 7 januari 2020 untuk mengupdate kemampuan, logistik, Standar Operasional Prosedur yang ada untuk mengantisipasi hal-hal yang berkaitan dengan kasus nCoV.
“Kami juga meminta kepada teman-teman di RS Infeksi Sulianti Saroso untuk mengecek kesiapan dan sebagainya, dan telah dikonfirmasi bahwa mereka sudah siap sarana prasarana sebagai RS rujukan infeksi nasional. RS Sulianti Saroso juga akan mengadakan webinar ke 100 RS rujukan dan tadi saya meminta ke temen-temen Dirjen Yankes agar melibatkan RS swasta sebagai bagian dari penanganan bila terjadi sesuatu (penularan nCoV),” ucap dr. Anung.
Sekarang ini setiap hari ada kurang lebih 30 penerbangan dari Cina baik penerbangan langsung maupun transit. Jumlah penumpang antara 4.500 hingga 6.000 dan harus diperhitungkan dalam penanganannya.
“Intinya kami menyiapkan segala hal dan menginventarisasi segala kesiapan di bidang kesehatan sebagai kesiapan Indonesia mencegah nCoV,” kata dr. Anung.