Tapi, mana bisa.
Yang paling sewot adalah negara-negara Eropa Serikat.
Perjanjian Amerika-Tiongkok itu dianggap preman yang merusak hukum pasar bebas.
Dengan perjanjian seperti itu perdagangan, kata Eropa Serikat, tidak lagi didasari keperluan dan harga. Tapi didasarkan tekanan.
Tapi Trump tidak peduli hukum seperti itu. Yang penting Amerika dulu. To make Trump great again.
Bahkan ia kini lagi menekan Eropa Serikat. Agar ikut memberi sanksi kepada Iran.
Baca Juga:KM Panji Saputra Jenis Avtur Milik TNI Hilang Kontak di Perairan MalukuBongkar Kasus Jiwasraya-Asabri, Erick Thohir Diancam
Kalau tidak, kata Trump, justru Eropa yang akan ia beri sanksi. Mobil produk Eropa Serikat yang dipasarkan di Amerika akan dikenai bea masuk 25 persen.
Iran benar-benar dagangan yang seksi.
Tapi ke mana Xi Jinping hari Rabu itu? Kok tidak ke Washington? Sehingga Trump hanya bisa jualan Tiongkok tanpa satu paket dengan Xi Jinpingnya?
Hari itu Xi Jinping jualan sendiri –daripada hanya jadi barang dagangan di Washington.
Ia ke Myanmar. Jualan Obor. Banyak proyek One Belt One Road di tetangga selatannya itu: mulai bendungan besar di pedalaman sampai pelabuhan raksasa di pantai pantai selatan.
Maka kalau proyek USD 1 triliun di Myanmar itu selesai, India menjadi terkepung oleh tiga pelabuhan raksasa: Gwardar (Pakistan) di Baratnya, Colombo (Srilanka) di Selatannya dan Rohinya (Myanmar) di Timurnya.
Amerika baru saja menang di Washington. Tapi kalah terus di Asia. (Dahlan Iskan)