Air mata saya berlinang beberapa kali membaca dokumen itu. Dari 313 orang tersebut kini masih dua orang yang hidup. Saya tidak sempat menemui keduanya.
Sebenarnya mereka masih tinggal di Qadian. Tapi sudah amat tua. Selama mempertahankan Qadian itu mereka menjalani kehidupan sufi: sedikit makan sedikit bicara dan sedikit tidur.
Mereka berjaga 24 jam dalam kelompok-kelompok kecil. Semua sudut jalan masuk desa Qadian diblokade. Massa tidak bisa masuk ke kampung Ahmadiyah itu.
Baca Juga:Soal Natuna, Luhut Pandjaitan Curhat di FacebookMasinton Pasaribu Ungkap Asal-Usul Dapat Sprindik KPK
Desa ini lantas menjadi tempat persembunyian yang aman. Orang yang tidak bisa mengungsi ke Pakistan mencari perlindungan di sini.
Pemuda yang 313 orang itu lantas disebut para Darwish. Yakni orang yang dengan tulus menjalani hidup sengsara. Mereka rela meninggalkan keinginan hidup normal.
Di tengah suasana perang itu para Darwish tetap teguh: mereka tetap mengumandangkan azan lewat menara. Lima kali sehari. Qadian berhasil utuh, Sampai sekarang.
Pusat aliran Islam Ahmadiyah memang ikut pindah ke Lahore, Pakistan. Lalu pindah lagi ke London (DI’s Way:313 Ahmadiyah).
Tapi Qadian masih menjadi salah satu basis Ahmadiyah. Di samping tetap berani azan apakah juga berani menyembelih sapi untuk kurban?
“Ini bukan soal berani atau tidak,” ujar Saifullah Mubarak, yang menemani saya di Qadian. “Kami ini selalu patuh pada pemerintah,” tambahnya.
Menyembelih sapi dilarang di Punjab. Ada UU-nya. Untuk menghormati keyakinan orang Hindu.
Baca Juga:Surat Terbuka ‘Ratu Keraton Agung Sejagat’Inilah ‘Fanny Aminadia’ Sosok Ratu Keraton Agung Sejagat
“Kami kan masih bisa memotong kambing dan domba. Tidak ada masalah,” ujar Saifullah yang asal Solok, Sumbar, yang sudah kawin dengan wanita Punjab itu.
Banyak sekali pertanyaan ke saya: mengapa Ahmadiyah dimusuhi oleh mainstream Islam? Sampai mengungsi ke London?
Semua ajaran Ahmadiyah sama dengan Islam pada umumnya. Terutama mazhab Hanafi. Syahadatnya sama. Qurannya sama. Haditsnya sama. Rukun Islamnya sama. Rukun Imannya sama.
Yang tidak sama hanya satu: Mereka yakin Mirza Ghulam Ahmad adalah manusia seperti yang dijanjikan di ajaran Islam maupun Kristen.
Yang diturunkan ke bumi sebagai ratu adil di akhir zaman.
Dan begitu banyak orang yang mengaku mendapat tugas seperti itu. Di Islam. Di Kristen. Dulu, kini dan masih akan ada lagi. (Dahlan Iskan)