Komunitas kesehatan masyarakat akan terus menilai kasus dan menerapkan strategi mereka selama proses penyelidikan. Misalnya, ada kampanye globaluntuk membasmi cacar pada akhir 1960an. Strategi pertama yaitu dengan memvaksinasi semua orang di dunia. Tapi persediaan vaksin semakin menipis dan wabah muncul di masyarakat dengan tingkat vaksinasi yang tinggi. Karenanya tim medis melakukan pendekatan berbeda di Nigeria. Mereka mengidentifikasi desa mana yang terkena cacar dan memvaksinasi semua penduduk desa. Setelah itu, mereka memvaksinasi di area konsentris lainnya untuk menghentikan penyebaran. Cara ini berhasil, dan dikenal sebagai tahap vaksinasi efektif. “Begitulah caranya menghentikan penyebaran virus, dan akhirnya tidak tersebar ke seluruh dunia,” kata Kortepeter.
Itu adalah tahapan-tahapan utama penyebaran virus di masyarakat. Those are the key steps in how a virus might spread through society. Bioterorisme sangat berisiko, maka dari itu negara harus terus meriset dan mempersiapkan penanganan, tetapi wadah yang lebih berbahaya adalah yang tumbuh secara organik. Penyebaran di alam terbuka telah menciptakan epidemic seperti Sars, Zika, Ebola, dan flu Spanyol, yang membunuh jutaan orang 100 tahun lalu. “Sekitar 50 juta orang meninggal, dan hampir separuh umat manusia di dunia terinfeksi. Flu yang terjadi pada 1918 dianggap sebagai bencana alam terbesar dalam sejarah,” ujar Morse.
Pelayanan kesehatan masyarakat mengalami kesulitan dalam memprediksi wadah dengan tepat. Mereka cenderung mempersiapkan penanganan terhadap penyakit terbaru daripada yang muncul setelahnya,” Kortepeter menuturkan. “Sampai tingkat tertentu, alam adalah bioteroris paling efisien. Kita tidak bisa berkutik karenanya.”
Baca Juga:KBRI Beijing Imbau WNI di Tiongkok Waspadai Wabah Penyakit Radang Paru-Paru di WuhanVirus Misterius Diduga Sebabkan Penyakit Paru-Paru
Bioterorisme juga bermaksud menciptakan ketakutan dan kecemasan yang mendalam. Misalnya saja, surat antraks pada 2001 sukses meneror dan melumpuhkan sistem pos. “Dalam beberapa kasus, serangan bioteroris tidak bermaksud memakan banyak korban jiwa,” ucap Grundman. “Ini lebih menjurus ke kecemasan umum. Masyarakat dunia menjadi cemas dan khawatir karena mereka tidak tahu kapan akan terserang wabah tersebut.”
AS telah membentuk berbagai program pertahanan biologi untuk memerangi potensi serangan, seperti BioWatch, BioShield, Laboratory Response Network, dan lembaga penelitian negara. Dowling, anggota Office of Biodefense Research Resources and Translational Research, menjelaskan bahwa lembaga tersebut memiliki tiga domain riset: diagnostik, vaksin, dan terapeutik. Salah satu dorongan terbesar dalam dunia vaksin yaitu mengembangkan vaksin flu yang universal. “Kalau Anda punya satu obat vaksin yang bisa membasmi semua virus influenza, atau sebagian besar virus, maka dampaknya akan sangat besar,” jelas Dowling. Dalam dua domain lainnya, para ilmuwan sedang menciptakan diagnostik dan obat untuk menghentikan Ebola, Zika, Lassa, dan penyakit lainnya.