Untuk ke lobi sekolah ini harus naik tangga lima trap. Keduanya bisa naik tangga itu dengan tanpa bantuan siapa-siapa. Lalu naik lift ke lantai dua. TPS-nya ada di lantai atas.
Ada enam kelas yang digunakan untuk TPS. Masing-masing untuk RT yang berbeda. Setiap ruang kelas berisi 4 tempat pencoblosan suara.
Orang tua itu masuk TPS menyerahkan surat panggilan. Lalu mengisi daftar hadir. Di kolom daftar hadir itulah ia bubuhkan stempel pribadi.
Baca Juga:Ini Fatwa Mahkamah Agung yang Jadi Dasar PDIP Ajukan PAW Riezky Aprilia kepada Harun MasikuHarun Masiku Buron, Ini Profilnya
Cap di stempel itu adalah rangkaian namanya. Dalam huruf Mandarin. Yang bentuknya dibuat sulit untuk ditiru orang.
Lalu mereka diberi kartu suara: tiga lembar. Warna merah (untuk pilpres), kuning (DPR) dan pink (untuk partai).
Di kartu warna merah ada tiga calon presiden. No 1 (Song Zhu Yu), No 2 (Han Guo-yu/Partai Koumintang) dan No 3 (Tsai Ing-wen/partai DPP/Incumbent).
Di bilik suara, mereka tidak mencoblos. Cukup menstempel kolom yang mereka pilih.
Stempelnya disediakan di bilik itu. Warna tintanya merah. Wujud stempelnya lihat foto. Besarnya alat itu seukuran balpoint.
Saya hitung: 2 menit selesai.
Lalu dimasukkan ke kotak suara untuk masing-masing kategori.
Saya tidak bisa ngapa-ngapain di situ. Di radius 30 meter dari TPS tidak boleh mengambil gambar. Tidak boleh berisik –apalagi memengaruhi pemilih.
Ponsel juga dilarang dibawa masuk ke TPS. Harus ditinggal di luar pintu. Mereka tidak bisa memotret –sebagai bukti “nih, saya sudah coblos kamu, mana bayarannya”.
Baca Juga:Tsai Ing Wen Kantongi 57 Persen Suara, Petahana Anti China Kembali Berkuasa di TaiwanGesekan dengan China, Jokowi Ajak Jepang Garap Natuna
Saya pun bingung. Terus mau ngapain. Di dekat situ ada sungai besar. Yang pernah membuat Taipei banjir seperti di wilayahnya Anies Baswedan.
Saya minta diajak meninjau sistem pengendalian banjirnya. Yang membuat Taipei bebas banjir 30 tahun terakhir.
Lalu saya harus ke rumah mertuanya. Di kawasan Taipei Baru.
“Saya terdaftar di TPS di sana,” ujar sang anak.
Rumah mertuanya di apartemen empat lantai. Dia tinggal sendirian di lantai 3 tanpa lift –di apartemen 4 kamar.
Kami pun sekali lagi ke TPS. Sistemnya sama. Larangannya sama. Semua menaati larangan itu. Takut denda –mencapai 5 ribu dolar.