JAKARTA-Pasca-gesekan dengan China di perairan Natuna, Presiden Jokowi bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang, Motegi Toshimitsu, di Istana Negara, kemarin.
Dalam pertemuan itu, Jokowi didampingi Menlu Retno Marsudi, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Mensesneg Pratikno. Sementara Menlu Jepang Motegi didampingi Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii dan jajaran eksekutif lainnya.
Ia tiba di Istana, pukul 09.15 WIB. “Selamat datang di Jakarta dan selamat atas tugas baru sebagai menteri luar negeri,” ucap Jokowi, mengawali sambutannya. Jokowi mengatakan, sebagai menteri luar negeri dengan latar belakang ekonomi, Motegi diyakini akan memberikan banyak perhatian pada diplomasi ekonomi.
Baca Juga:Sebut Tak Sengaja Merudal Pesawat Ukraina, Iran Dipuji PM Inggris Boris JohnsonHaris Azhar: Siapa Saja Anggota Parlemen yang Nikmati Jasanya? Harus Diungkap
“Yang Mulia, Jepang adalah salah satu mitra utama Indonesia. Dan saya tahu, setelah ini yang mulia akan melakukan pertemuan dengan menteri luar negeri Indonesia membahas kerja sama bilateral secara lebih detail,” paparnya.
Jokowi kemudian langsung to the point. Ketika menyampaikan beberapa prioritas Indonesia dengan Jepang. “Yang pertama, di bidang investasi. Saya ingin mengajak Jepang melakukan investasi di Natuna,” ajak Jokowi, yang langsung direspon Menlu Jepang dengan anggukan sambil mendengar penerjemah dengan seksama.
Tidak lupa, Jokowi mengapresiasi kerja sama dengan Jepang di Natuna, terutama dalam pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) fase pertama. “Saya harapkan usulan pendanaan untuk fase kedua dapat segera ditindaklanjuti,” harap Jokowi.
Retno mengemukakan, pemerintah Jepang yang diwakili Menlu Motegi menyambut positif ajakan tersebut. Apalagi sebelumnya, kerja sama Indonesia dengan Jepang untuk pembangunan pulau-pulau terluar Indonesia sudah berlangsung cukup lama.
“Respon Jepang sangat positif dan akan diperkuat. Akan ada tim teknis yang akan ke Indonesia membahas mengenai ini,” ujar Retno. Namun, Retno tidak merinci skema investasi atau hibah seperti apa yang akan di kerjasamakan dengan Jepang di Natuna.
Diketahui, Jepang sebelumnya telah mengucurkan anggaran melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) senilai 2,5 miliar yen atau setara Rp 324 miliar untuk membangun fasilitas perikanan di pulau terluar.
Bentuknya dana hibah. Hibah ini dipakai untuk membangun Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di enam titik terluar, antara lain Sabang (Aceh), Natuna (Kepri), Morotai (Maluku Utara), Saumlaki dan Moa (Maluku), serta Biak (Papua).