Boleh dibilang misi tim security Ghosn ini sukses besar. Bayarannya pasti tinggi. Di kontraknya pasti tertulis: berapa ribu dolar untuk mempersiapkan pelarian rahasia itu. Berapa ribu dolar lagi untuk melaksanakannya.
Bisa saja tim sudah merencanakan –berdasar hasil survei– tapi Ghosn tidak setuju.
Tentu ada pertemuan-pertemuan tim dengan Ghosn. Terutama untuk memberitahukan risiko-risikonya. Berikut usaha mitigasinya.
Harus disepakati apakah Ghosn bisa menerima risiko itu.
Baca Juga:Jadi Pelaku Perkosaan terhadap Para Pria Terbesar di Inggris, Reynhard Sinaga Dibui Seumur HidupTewasnya Jenderal Qasem Soleimani, Kedubes Iran Di Jakarta Sebut Aksi Terorisme Berbasis Negara
Termasuk, misalnya, bila kotak persembunyiannya ternyata dibuka petugas. Apa yang harus dilakukan: menyerah? Tembak menembak?
Kalau Ghosn ternyata menyerah bisa sangat menyulitkan tim. Pasti Ghosn diperiksa soal siapa yang membantunya.
Harus disepakati pula apakah tim itu sudah boleh meninggalkan Jepang begitu peti masuk terminal. Sambil memonitor apakah skenario awal berhasil.
Tentu ada bayaran yang lain lagi kalau misi itu sukses.
Kalau pun gagal di detik terakhir mereka sudah meninggalkan Jepang.
Mungkin Ghosn tidak dibekali pistol. Kalau sampai peti itu dibuka dan Ghosn menembak petugas urusan akan lebih panjang.
Bisa jadi justru Ghosn yang harus dikorbankan. Begitu usaha pelarian ini terbongkar bisa jadi anggota tim itu sendiri yang akan menembak Ghosn.
Urusan pun selesai.
Hanya istrinya yang jadi persoalan. Carole punya terlalu banyak ‘i’ untuk ditinggal mati. (Dahlan Iskan)