Kalau benar dari Israel tidak perlu dipertanyakan lagi. Sikap Israel jelas: anti Iran. Bahkan Israel selalu memprovokasi Amerika agar segera menyerang Iran.
Israel menganggap Iran adalah ancaman terbesarnya saat ini. Bersama Sekutu Iran lainnya: Lebanon dan Syiria.
Secara resmi Lebanon masih dalam status perang melawan Israel. Waktu saya di Lebanon –dekat perbatasan dengan Israel– tahun lalu ditemukan terowongan baru di bawah tanah. Dari wilayah Lebanon selatan ke wilayah Israel utara.
Itulah terowongan untuk mengirim pejuang Lebanon masuk ke Israel.
Baca Juga:Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Garut Terasa Hingga BandungChina Hancurkan Pemakaman Uighur
Bahkan Carlos Ghosn yang kini berada di persembunyian di Lebanon tidak sepenuhnya aman. Ada kelompok ekstrim yang mengincarnya. Hanya karena Ghosn pernah melakukan kunjungan ke Israel.
Padahal itu 10 tahun lalu. Saat Ghosn menjadi CEO Renault –perusahaan mobil terbesar Prancis. Ghosn ingin memasarkan Renault di Israel.
Syiria juga musuh utama Israel. Wilayahnya yang luas di pegunungan Golan dicaplok Israel. Saat Syiria kalah perang di tahun 1967.
Setelah pembunuhan Jenderal Qassem 3 Januari lalu, Israel tidak bicara apa pun. Agar tidak langsung menjadi sasaran balas dendam Iran –meski Israel sudah siap untuk itu.
Rasanya tidak mungkin drone itu dikirim dari negara Arab tadi.
Memang Amerika punya pangkalan drone militer di tiga negara Arab tersebut.
Tapi resikonya terlalu besar. Itu hanya akan memancing perang Teluk seri berikutnya. Yang akan mengguncangkan ekonomi dunia.
Apalagi kemampuan militer tiga negara tersebut amat minim –untuk bisa melawan Iran. Dan lagi Qatar adalah sahabat Iran itu sendiri.
Baca Juga:Panas Dingin Indonesia-China di Laut SelatanRia Irawan dan Perjuangan Mengatasi Kanker Getah Bening
Hanya CIA yang tahu dari mana sebenarnya dua drone itu diberangkatkan. Atau jangan-jangan hanya Ghosn yang ikut tahu.
Pertanyaan lain: apakah dua drone tersebut datang dari satu pangkalan atau dari stasiun yang berbeda.
Yang jelas dua-duanya sama: jenis American MQ-9 Reaper. Itu drone buatan General Atomics Aeronautical Systems (GA-ASI) Amerika. Yakni sebuah perusahaan swasta yang sahamnya sudah dijual di pasar modal Wall Street New York.
Harga drone ini murah sekali: Rp 200 miliar per buah. Dibanding harga pesawat tempur sejenis F-35.