JAKARTA-Wartawan AFP sempat mengunjungi beberapa lokasi pemakaman yang hancur. Dalam beberapa lokasi, mereka menemukan beberapa tulang yang kemudian dikonfirmasi oleh para ilmuwan sebagai sisa-sisa jasad manusia.
Sekitar 60 lokasi pemakaman Uighur yang hilang lainnya diidentifikasi lebih lanjut oleh CNN setelah membandingkan foto-foto satelit yang diambil dari lokasi pemakaman yang disediakan oleh keluarga Uighur selama beberapa tahun.
Pemerintah China tidak membantah bahwa mereka telah memindahkan atau menghancurkan pemakaman Uighur. Salah satu pejabat Kementerian Luar Negeri China yang diwawancarai mengatakan kepada CNN bahwa warga Xinjiang memiliki kebebasan “untuk memilih pemakaman, serta metode pemakaman dan penguburan.”
Baca Juga:Panas Dingin Indonesia-China di Laut SelatanRia Irawan dan Perjuangan Mengatasi Kanker Getah Bening
Pernyataan ini digaungkan dalam konferensi pers yang diadakan pada 16 Desember oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang. Dia menambahkan bahwa penduduk setempat mendukung upaya China untuk “memerangi terorisme dan menjaga stabilitas” di wilayah tersebut.
Pejabat lain mengatakan, pemakaman Uighur dipindahkan “untuk memenuhi permintaan perencanaan kota dan mempromosikan pembangunan.”
Menurut citra satelit, beberapa pemakaman tampaknya telah diaspal atau dibangun. Salah satu pemakaman itu, Pemakaman Sultanim, dilaporkan diratakan dan dibangun tempat parkir. Kerabat para mendiang diduga diberi waktu dua minggu untuk mendaftarkan lokasi pemakaman anggota keluarga mereka sebelum pekerjaan relokasi dimulai.
China tampaknya telah menghancurkan kuburan tradisional Uighur selama beberapa tahun sebagai bagian dari apa yang oleh para kritikus anggap sebagai kampanye yang luas dan terkoordinasi untuk mengendalikan kepercayaan Islam dan kelompok minoritas Muslim di dalam perbatasannya.
Kampanye itu termasuk membentuk populasi Uighur, dengan praktik-praktik Islamnya, agar menyerupai populasi Han China. Untuk mencapai tujuan ini, menurut kesaksian pada 2018 yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri AS, mereka menahan dua juta etnis minoritas Muslim China di jaringan kamp konsentrasi.
Pemerintah China telah secara konsisten menyangkal telah melakukan pelanggaran HAM. Dikatakan bahwa kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan sukarela, yang dirancang untuk membasmi ekstremisme agama yang telah menyebabkan serangan teroris.
Pada Juli, Ketua Wilayah Otonomi Xinjiang China Shohrat Zakir menggambarkan kamp-kamp itu sebagai “pusat pelatihan kejuruan.”