Pemindahan Ibukota ke Kalimantan juga rawan, apalagi dengan investasi terbesar adalah China. Kalimantan dengan lahan yang luarbiasa besar dan kosong merupakan sasaran strategis sebagai basis pendudukan pasukan China. Geostrategis dan geopolitis peperangan akan mengkalkulasi seperti ini.
Oleh karenanya menghadapi potensi konflik dengan RRC maka langkah yang bisa diambil adalah :
Pertama, bawa kasus sengketa Natuna ke peradilan PBB sehingga ketika klaim China dikalahkan dan negara ini memaksakan maka PBB akan ikut turun tangan membantu Indonesia. Kemenangan Filipina atas China bisa dicontoh.
Baca Juga:Situs Web Pendaftaran Wamil Amerika Serikat JebolLuhut Menteri Indonesia atau Dubes Khusus China Untuk Indonesia Bukan Tulisan Akbar Tandjung
Kedua, jangan mengalah pada gertak China karena mengalah berarti memberi kesempatan China untuk “menyiapkan” penaklukan lanjutan melalui program kemaritiman. Landasan pendaratan sudah disiapkan oleh kebodohan kita sendiri.
Ketiga, waspadai dan ambil kebijakan pembatasan pada bangsa China diaspora yang ada di Indonesia. Sebab dengan aset yang dikuasai akan menjadi modal besar andai mereka berubah status menjadi bagian dari pasukan China.
Keempat, pelihara hubungan keagamaan dengan umat Islam khususnya.
Ulama dan tokoh umat yang militan adalah penggerak umat dan rakyat untuk melakukan perjuangan perlawanan. Jangan salah mengambil kebijakan pragmatis atau sekuler yang menepikan agama dari bangsa.
Nah persoalannya adalah jika kasus Natuna saat ini ternyata menjadi mainan bersama antara Penguasa China dengan Penguasa Indonesia tertentu yang memiliki kepentingan besar ke depan. Disinilah intelijen kita harus mengendus dan memporak porandakan rencana jahat para kokaborator tersebut. Hukum mati para penghianat bangsa.[***]
M Rizal FadillahPemerhati Politik