Yang berkuasa kadang pro Beijing. Kadang yang ingin merdeka. Sejak 5 tahun lalu partai yang menang adalah yang ingin Taiwan merdeka.
Yang presidennya Tsai Ing-wen. Yang nyapres lagi untuk Pilpres 11 Januari.
Partai Nasionalis Koumintang yang dulu mengungsi ke Taiwan sering kalah. Belakangan hampir akan menang. Lewat capresnya: Han. Gara-gara demo Hongkong nasib yang pro-Beijing kehilangan angin.
Tapi Koumintang-lah yang membuat Taiwan maju. Lewat pemerintahan diktatornya.
Sejak menerima penyerahan Taiwan dari Sekutu pemerintahan Koumintang tidak memberi angin ke demokrasi.
Baca Juga:Dugaan Megakorupsi Jiwasraya, KPK: Cukup Pantau PerkembanganJhon Kei Bebas Bersyarat
Terutama sejak kerusuhan White Terror pada 1947. Waktu itu monopoli pindah: dari Jepang ke Koumintang.
Semua hasil bumi dikirim ke daratan. Yang lagi perlu banyak logistik. Untuk biaya perang sipil melawan gerakan komunis.
Itu pun kalah. Komunis menguasai daratan. Nasionalis Koumintang menguasai Taiwan.
Harga-harga di Taiwan pun naik drastis. 10 kali lipat. Harga beras di Taiwan empat kali lipat dari Shanghai. Rakyat Taiwan marah.
Petani pun membangkang. Tidak mau jual hasil bumi ke BUMN. Mereka ditangkap. Rakyat kian marah. Ada yang tertembak.
Rakyat pun mengambil alih kantor-kantor pemerintah. Menyegel juga perusahaan-perusahaan BUMN.
Militer turun tangan.
Mereka dibasmi.
Sampai 20.000 orang tewas.
Taiwan dinyatakan dalam keadaan darurat. Selama 30 tahun. Masa darurat terpanjang dalam sejarah dunia.
Pada era diktator itulah ekonomi Taiwan maju. Taiwan mendapat ‘diktator baik hati’.
Baru di tahun 1990-an demokrasi lahir di Taiwan. Sangat demokratis. Sampai sekarang.
Itulah yang melahirkan teori baru pembangunan ekonomi.
Dapatkan dulu diktator baik hati. Untuk bangun ekonomi.
Setelah maju barulah rakyat diberi demokrasi.
Teori ini manjur juga di Korea Selatan.
Baca Juga:Berteduh, 5 Warga Tersambar Petir, 2 TewasAnalisa BMKG Terkait Gempa Sukabumi Hari Ini
Singapura juga mendapat diktator baik hati. Hanya saja sampai kelak sudah sangat maju masih lupa memberi demokrasi.
Masalah kita: tidak mudah mencari diktator baik hati. (Dahlan Iskan)