Messi misalnya, tidak akan bisa berbuat banyak kalau tidak ada Suarez, ups, alumni Liverpool juga.
Buktinya, tim Argentina kalah terus meski ada Messi di sana.
Atau Manchester City. Aguiro tidak berarti tanpa Sterling, ups, juga Liverpool.
Tapi saya setuju dengan Klopp of the Top: biarlah Messi menerima lagi Ballon d’Or. Toh, masa depan hanya Liverpool yang punya.
Baca Juga:Beneran Dirampok? Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Yakin Jiwasraya untuk PilpresSelain Jiwasraya, Ada 3 Perusahaan Asuransi Kena Kasus Gagal Bayar
Saya juga setuju dengan Klopp of the Pop yang karakternya begitu menghargai lawan.
Klopp sebenarnya tahu bakal bisa mengalahkan juara Amerika Latin itu. Kan tidak ada pemain Flamingo yang begitu hebatnya sampai dipakai oleh Eropa.
Tapi bukan Klopp kalau tidak Mob. Ia mengatakan dengan santunnya: pemain Flamingo itu sebenarnya hebat-hebat. Bahwa tidak ada yang bermain di Eropa itu karena mereka terlalu mencintai Kota Rio de Janeiro.
Klopp juga begitu sopan dalam menyikapi jadwal yang menyudutkan Liverpool. Yakni ketika dipaksa harus main tanggal 18 dan 19 Desember.
Mana ada jadwal seperti itu –kalau tujuannya bukan untuk mempermalukan Liverpool.
Padahal dua-duanya pertandingan penting. Yang satu perempat final Piala Liga. Satunya lagi semifinal Piala Dunia.
Pun Klopp tidak protes. Tidak ngambek. Tidak bakar-bakar.
Ia mengatakan: kami tidak keberatan dengan jadwal pertandingan seperti itu.
Asal lapangannya berdekatan.
Masalahnya: yang perempat final lawan Aston Villa itu harus di Kota Birmingham, Inggris. Yang semifinal itu harus di Doha, Qatar.
Baca Juga:Riwayat Natal BersamaBeredar Broadcast “Silakan Ucapkan Selamat Natal”, Aa Gym: Innaalillahi Wainnaa Ilaihi Roji’uun
Ternyata jadwal tetap tidak bisa diubah. Klopp pun tetap mengirim tim kid on the Klopp ke Aston Villa.
Itulah tim masa depan.
Salah satu pemainnya berumur 16 tahun. Kebanyakan berumur 17-18-19 tahun. Hanya dua-tiga boy yang berumur 23 tahun.
Harusnya Klopp of the Top diberi kartu merah. Bisa dianggap contempt of league.
Bagaimana bisa Klopp mengirim tim berumur 16 tahun untuk babak perempat final kejuaraan Inggris.
Coba lihat. Yang dikirim itu bukan saja the kid on the Klopp. Gaya permainan mereka pun semua masih sama: flamboyan. Setipe dengan Alexander semua. Tidak ada gaya yang titisan Mane atau Sterling.