Sehari-hari hidupnyi selalu di atas pesawat. Atau di depan komputer.
Dalam tulisannyi itu Sabrina mengakui bahwa kini ritme kehidupannyi menjadi lambat. “Saya menjadi bisa membaca buku secara teratur. Dari sampul depan sampai sampul belakang,” tulisnyi.
Kadang Sabrina juga mengisi perlambatan hidupnyi dengan melukis. Kini dia bisa dengan sabar menyelesaikan sebuah lukisan minyak.
Untuk mengisi waktu kosongnyi di tahanan Sabrina juga membaca berkas perkara. Dan menelitinya. Bersama kolega-koleganyi. “Saya bisa punya waktu membaca cacatan-catatan di sidang pengadilan dengan cermat,” tulisnyi. “Dan bisa mendiskusikannya dengan kolega-kolega saya,” katanyi.
Baca Juga:Strategi Demokrat di Balik Pemakzulan TrumpUkir Gol, Inter Milan Hancurkan Genoa 4-0
Sabrina kini memang ditahan di rumahnyi di Kanada. Di rumah yang sangat besar. Yang dijaga selama 24 jam sehari. Yang hanya sesekali saja ada sidang di pengadilan.
Bahkan sidang tahap pertamanya sudah selesai. Pengadilan sudah menjatuhkan vonis: untuk tetap menyidangkan perkara Sabrina.
Kesalahan Sabrina adalah: melawan Amerika –berani melakukan transaksi dengan Iran. Padahal Iran termasuk yang terkena sanksi Amerika.
Sidang lanjutan pengadilan itu akan dimulai Januari depan.
Di situ akan diputuskan: apakah pengadilan akan menyetujui permintaan Amerika. Agar Sabrina diekstradisi ke New York.
Kalau, misalnya, pengadilan menyetujui permintaan Amerika Sabrina akan ditahan di New York. Akan diadili di New York. Bisa kena hukuman penjara 20 tahun.
Praktis selama Nopember-Desember Sabrina menganggur di rumahnyi.
Di kakinyi tetap dipasang gelang elektronik. Agar bisa dimonitor –ke mana saja Sabrina.
Dia memang boleh keluar rumah. Boleh jalan ke kota. Tapi tidak boleh melebihi batas. Juga tidak boleh mendekati bandara.
Baca Juga:Manchester City Gulung Leicester City 3-1Anak-Menantu Jokowi di Pilkada, Ini Kata Budiman Sudjatmiko
Sabrina kini kelihatan sudah bisa menata hati. Bahkan Sabrina sudah bisa berterima kasih kepada kebaikan banyak orang –termasuk petugas-petugas yang menahannyi di bandara dulu.
Apalagi ketika pengadilan akhirnya memutuskan Sabrina boleh ditahan luar. Dan saat itu pengunjung sidang bersorak gembira. “Saya begitu terharu. Sampai menitikkan air mata. Masa paling sulit dalam hidup saya sudah lewat,” tulisnyi.
Hari itu Sabrina juga ingat: menjelang musim salju seperti sekarang ini. Pembebasannyi itu membuat hatinyi hangat. Apalagi kalau dia mengenang ibunyi yang sudah tua. Yang juga menunggu di rumahnyi di Kanada.