Pun kabarnya di Medan sudah ada budidaya kerapu. Yang juga ada lobster yang ikut ngekos di situ.
Juga di tempat lain.
Budidaya kerapu kini sudah umum. Sudah banyak yang bisa.
Siapa tahu keterampilan kita berikutnya adalah budidaya lobster. Lewat kesungguhan kelas Vietnam.
Budidaya lobster memang beda jauh dengan tambak udang. Udang bisa hidup di kolam-kolam darat tepi laut. Yang makanannya bisa dibeli di pasar khusus.
Baca Juga:Mantan Hakim Kasus Suap Terdakwa Gayus Tambunan Kabarnya Jadi Dewas KPK?Pimpinan dan Dewas KPK Dilantik Hari Ini
Sedang “tambak lobster” harus di laut –itu pun jangan laut yang sudah tercemar. Dengan makanannya yang sangat khusus itu –ikan segar.
Maka “tambak lobster” harus berbentuk keramba khusus.
Ini tantangan lain lagi bagi lembaga ilmu pengetahuan –agar tidak hanya bisa menyalah-nyalahkan Vietnam.
Maka baiknya larangan Bu Susi itu jangan dicabut dulu. Tapi berikan kuota penangkapan terbatas untuk baby lobster. Khusus hanya cukup untuk siapa pun yang mau berdarah-darah memulai budidaya lobster.
Banyak yang akan mau memulainya. Sukses Vietnam pasti menginspirasi banyak pebisnis ikan di Indonesia.
Saya tahu Menteri Perikanan dan Kelautan sekarang ini, Eddy Prabowo, bukan orang yang suka perang –apalagi perang mulut.
Saya tahu beliau: dulu anggota komisi 6 DPR –yang menjadi mitra kementerian BUMN.
Beliau bukan tipe orang yang asal bicara. Bukan pula tipe anggota DPR yang asal kritik dan menyerang.
Baca Juga:Spesialis Mengadili Perkara Korupsi, Nawawi Pomolango Kini Menjabat Wakil Ketua KPKSah, Salahudin Rafi Jadi Direktur Utama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB)
Beliau saya nilai sangat proporsional. Bicaranya tidak bertele-tele. Bisa memilah mana yang masuk akal dan mana yang tidak. Jauh dari kesan nyinyir. Beliau sangat mengesankan bagi saya –kesan baik.
Sungguh produktif perdebatan mengenai baby lobster belakangan ini. Sekarang kita jadi tahu: sudah sampai di mana dan akan ke mana.
Kita rahasiakan perdebatan kita ini –jangan sampai para lobster di laut tahu. (Dahlan Iskan).