Video itu –kalau benar– membuktikan bahwa teori lama sudah tidak berlaku: lobster sudah bisa dibudayakan. Bukan tidak bisa.
Ilmu itu yang harus kita tahu.
Mengapa Vietnam bisa.
Saya pun menghubungi Dr Suhana. Ahli ekonomi kelautan lulusan IPB, Bogor. Yang orang Ciamis itu. Yang menjadi doktor di umur 40 tahun itu.
Vietnam, katanya, berhasil karena Indonesia. Benihnya dari Indonesia. Pakannya pun dari Indonesia.
Baca Juga:Mantan Hakim Kasus Suap Terdakwa Gayus Tambunan Kabarnya Jadi Dewas KPK?Pimpinan dan Dewas KPK Dilantik Hari Ini
Itulah benih selundupan: baby lobster. Yang diam-diam ditangkap. Tidak ketahuan. Lalu diselundupkan ke Vietnam. Lewat Singapura.
Menangkap baby lobster itu sangat gampang –untuk ukuran nelayan mahir.
Mata lobster itu begitu tajamnya. Peka. Sensitif. Diberi sinar sedikit saja mereka sudah berkumpul di dekat sinar itu.
Kenyataannya: meski dilarang, terjadi juga penangkapan. Terjadi juga ekspor ilegal. Negara dirugikan.
Mengapa tidak dilegalkan saja.
Tapi, kalangan yang lain menilai, habislah. Kalau penangkapan baby lobster dilegalkan. Apalagi menangkapnya begitu mudah.
Akhirnya menarik juga perdebatan itu. Sangat menantang bagi para ilmuwan –hallo fakultas perikanan!
Salah satu kesulitan membudidayakan lobster adalah makanan. Dari mana bisa dapat makanan lobster.
Lobster itu istimewa: makannya harus ikan. Dan harus ikan segar.
Bayangkan betapa tinggi protein lobster itu.
Baca Juga:Spesialis Mengadili Perkara Korupsi, Nawawi Pomolango Kini Menjabat Wakil Ketua KPKSah, Salahudin Rafi Jadi Direktur Utama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB)
Makanya, begitu mahal harganya. Satu ekor ukuran besar bisa Rp 2 juta –di restoran besar.
Sama dengan harga 1 kg durian Musangking asal Singapura –asli Malaysia. Yang kini dijual di sebuah toko di Pantai Indah Kapuk Jakarta.
Saya membelinya sekedar untuk tahu rasanya –sambil ngiler ingat program kebun durian lama.
Bagaimana bisa lobster Vietnam dapat makanan itu dari Indonesia?
“Mereka mencuri ikan dengan kapal twral. Sikat habis. Besar kecil. Mahal murah,” ujar Dr Suhana. “Ikan yang murah-murah dimanfaatkan untuk makanan lobster,” tambahnya.
Dulu kita juga tidak bisa budidaya ikan kerapu. Sekarang kita sudah bisa.
Saat saya ke Natuna, beberapa orang di sana sudah budidaya kerapu.
Di sela-sela kerapu itu kadang terikut juga lobster. Dalam jumlah kecil. Bisa hidup. Tapi saya kehilangan nomor ponsel teman-teman di Natuna itu.