Salah satu korban hal ini adalah jawapos.com dalam hal berita Muslim Cyber Army, pada Maret 2018. Beruntung redaksi jawapos.com dengan cepat mencabut berita tersebut disertai penjelasan dari Pemimpin Redaksi jawapos.com Dhimas Ginanjar Satria Perdana. Tindakan yang sesuai dengan kode etik jurnalistik, namun membutuhkan kebesaran hati.
Pemetaan praktik jurnalisme daring
Kasus jawapos.com membuat mahasiswa peminatan jurnalistik Universitas Bakrie pada April 2018 meriset hubungan antara kabar yang beredar di media sosial dan pemberitaan di media daring. Riset ini dilakukan terhadap 13 perusahaan media berikut: tribunnews.com, kompas.com, merdeka.com, suara.com, jawapos.com, nova.grid.id, beritagar.id, brilio.net, idntimes.com, tabloidbintang.com, cumicumi.com, provoke-online.com, dan voa-islam.com.
Sebagai riset sederhana diterapkan metode beberapa langkah, yaitu penggalian informasi latar belakang media, analisis isi media untuk mengidentifikasi berita yang bersumber dari media sosial, lalu dilanjutkan verifikasi langsung terhadap penanggung jawab masing-masing media. Temuannya menarik, karena mengkonfirmasi penggunaan media sosial sebagai pemicu berita di media daring. Namun ada pula temuan yang membantah stigma berita daring yang bersifat dangkal dan yang penting heboh mengundang klik.
Baca Juga:Kasus Yuli Riswati yang Dideportasi dari Hongkong, Begini Penjelasan KemenluRocky Gerung: Kalau Presiden Paham Pancasila, Dia Tak Berutang
Beritagar.com harus ditempatkan tersendiri karena situs kurasi berita ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan Computer Assisted Reporting berbasis Machine Learning (ML) dan Natural Language Processing (NLP) yang berkemampuan mengumpulkan dan merangkum informasi dari media sosial dan media daring yang kemudian dikurasi oleh redaktur. Paradigma jurnalisme data dan teknologi membuat beritagar.com melangkah lebih jauh dengan merilis artikel tentang sepak bola dan pasar saham yang sepenuhnya ditulis oleh robot atau robotorial. Peran manusia? Sepenuhnya tidak ada!
Bagaimana dengan media untuk pasar anak muda yakni cumicumi.com, provoke-online.com, idntimes.com, dan brilio.net? Kami menemukan kenyataan mengejutkan: seluruh media anak muda ini masih menerapkan disiplin jurnalistik. Meski konten yang ditawarkan terkesan santai, verifikasi tetap diberlakukan terhadap kabar yang beredar, hingga dilakukan pencabutan berita maupun ralat jika diperlukan. Yang menarik, redaksi provoke-online.com mengakui hingga saat ini mereka bukanlah perusahaan pers.