Tidak terlihat sama sekali bekas operasi pengambilan kornea.
Pelayat pun tidak akan tahu kalau kornea mata Pak Iwan sudah tidak ada di tempatnya. Kecuali pelayat yang sudah baca DI’s Way ini.
Wajah Pak Iwan baru akan ditutup setelah putri sulung tiba dari Hawaii –pagi ini.
Pak Iwan memang aktivis gereja. Asal Jogjakarta. Marganya Lim. Beristeri orang Jawa asal Malang.
Baca Juga:Tahun 2020 Hari Terakhir Ujian Nasional, Ini Alasan NadiemKasus Dugaan Suap Jual Beli Jabatan di Kemenag, Gubernur Jatim Jadi Saksi di Persidangan Rommy
“Ketemu pertama dengan Pak Iwan di mana?“ tanya saya pada istrinya.
“Kami sama-sama sekolah di Akademi Bahasa Asing Malang,” ujar Ny Iwan. “Beliau kakak kelas saya,” tambahnyi.
Gereja Pak Iwan ini agak jarang di Indonesia: Gereja Yesus Kristus Orang-orang Suci Zaman Akhir.
Orang mengenalnya dengan sebutan pendek: Gereja Mormon. Hanya ada satu di Malang. Dengan jemaat sekitar 150 orang.
“Kenapa hujan-hujan naik motor ke rumah jemaat?” tanya saya.
“Kami tidak punya mobil,” ujar Ny. Iwan.
Saya juga akrab dengan gereja ini. Yang oleh gereja mainstream dianggap menganut aliran sesat –tapi tidak dimusuhi habis-habisan.
Saya pernah bermalam di gereja Mormon di Hawaii. Dua malam. Tempat anak sulung Pak Iwan kuliah.
Saya juga sudah ke pusat Mormon di Salt Lake City, Utah, USA. Juga dua kali.
Baca Juga:Maret 2020, Dirut Angkasa Pura I: Bandara Internasional Yogyakarta Beroperasi PenuhHatta Ali Tegaskan Inkonsistensi Putusan Mahkamah Agung Akibatkan Timbulnya Ketidakpastian Hukum
Gus Dur pernah ke rumah sakit mata di Salt Lake City ditemani orang-orang gereja Mormon.
Saya juga pernah diminta dialog di gereja Mormon Surabaya –dan Jessika ternyata masih menyimpan foto-fotonya.
Saya juga pernah menonton teater musikal di Broadway, New York. Judulnya “The Book of Mormon”. Menceritakan militansi misionaris Mormon. Dengan ciri khas naik sepeda, dua orang, celana hitam, baju putih lengan pendek, dan dasi hitam.
Saya sampai dua kali menonton teater Broadway ini. Yang kedua mengajak Ustadz Yusuf Mansyur yang kebetulan juga lagi ke New York.
Orang Mormon sangat benci dengan pertunjukan itu. Dianggap melecehkan Mormon –meski tidak sampai mendemonya.
Gereja Mormon-lah yang membuat Pak Iwan menjadi pendonor mata. Waktu itu Pak Iwan ke Jakarta. Bersama pendeta Mormon se-Indonesia.