Di sepanjang pelataran itu banyak juga orang yang lagi duduk-duduk. Laki-laki dan perempuan. Banyak di antaranya yang lagi membaca kitab suci Sikh.
Bayangan saya benar-benar ke Mekkah. Mirip sekali pemandangan di Masjidilharam.
Tiba di kuil putih itu saya belum telat. Tapi manusia sudah memenuhi halaman kuil itu. Setiap yang baru datang terlihat berdiri dulu menghadap kuil emas. Lalu bersujud. Mirip dengan sujud dalam shalat. Hanya saja sujudnya sekali.
Saya ikut duduk di halaman kuil putih itu. Menunggu jam 5 tepat.
Baca Juga:Catatan Kecil Rohadi dari LP SukamiskinRohadi Minta Keadilan dari Balik Jeruji Besi
Begitu terdengar suara beduk bertalu-talu saya naik terap sembilan tangga. Saya masuk ke dalam kuil putih. Di dalam kuil putih itulah beduk itu berada.
Ulama-ulama Sikh pun masuk ke kuil putih. Salah satunya berpedang di ikat pinggangnya.
Para ulama itu bersujud ke arah ruang tengah di dalam kuil itu.
Dari kuil putih inilah urutan ritual dimulai.
Pagi itu ada ritual khusus: membawa kitab suci Sikh dari kuil putih ke kuil emas. Melewati koridor di atas air sepanjang 70 meter.
Kuil putih adalah ‘kamar tidur’ kitab suci itu. Jam 5 pagi Sang Suci ‘dibangunkan’ dan diusung menuju kuil emas. Sepanjang hari kitab suci berada di kuil emas. Sampai jam 10 malam.Pada jam itu ada ritual malam. Untuk mengusung kembali Sang Suci. Dari kuil emas ‘pulang’ ke ‘kamar tidur’ di kuil putih.
‘Kamar tidur’ Sang Suci ini dijaga petugas 24 jam. Lantainya karpet mahal. Tempat tidurnya dibuat indah. Demikian juga selimut yang menutupi Sang Suci.
Dari kuil putih ini Sang Suci dimasukan ke tandu emas. Saat memasukkan pun melalui ritual khusus yang magis.
Baca Juga:Komisi VIII: Majalengka Lebih Ideal Jadi Embarkasi HajiTangisan Korea Selatan di Jiwasraya
Demikian juga ketika tandu suci itu dipikul menuju kuil emas. Barisan pemikulnya cukup panjang. Paling depan adalah peniup terompet sangkakala.
Sesekali terompet ditiup dengan bunyi melengking –awas, Sang Suci mau lewat.
Di belakang terompet adalah para ulama. Lalu pemikul tandu.
Di belakang tandu masih banyak pengiring. Mereka mendendangkan puji-pujian.
Saya tidak ikut mengiringi tandu suci. Saya ke depan lewat koridor di sebelahnya. Agar bisa melihat dengan jelas ketika tandu suci itu lewat di sebelah saya.