JAKARTA- Pelepasan 20 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) atau disposal stock Bulog disebabkan turunnya mutu beras. Jika ditarik lebih jauh, faktornya bermacam-macam.
Beras mempunyai batas waktu penyimpanan di gudang. Semakin lama disimpan di gudang, maka kualitas semakin turun. Beras yang dilepas Bulog berasal dari pengadaan tahun 2016 hingga 2017.
Di samping faktor waktu penyimpanan, pola perawatan menjadi sama pentingnya untuk melindungi kualitas beras. Serangan hama bisa merusak beras saat disimpan d gudang.
Baca Juga:Majelis Taklim Wajib Terdaftar di Kemenag, PBNU Angkat SuaraKritik PMA, DPR Sebut Sertifikasi Majelis Taklim Berlebihan
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan Bulog mempunyai standard operasional prosedur (SOP) pemeliharaan dan perawatan stok beras.
“Setiap pagi kita buka pintu gudang. Udara masuk, ada sirkulasi, itu memperbaiki kualitas,” kata Tri di kantor Bulog, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Serangan hama diatasi dengan penyemprotan setiap bulannya di gudang. Selain itu, pegawai Bulog melakukan fumigasi setiap tiga bulan.
“Kita punya teknologi cocoon, kita tumpukan beras, kita sungkup dan kedap udara. Itu bisa bertahan sampai setahun, lebih fresh dan nggak kena hama,” jelas Tri.
Terkait turunnya kualitas beras Bulog sebanyak 20 ribu ton saat ini memang lebih banyak dipengaruhi faktor distribusi. Dahulu, beras Bulog banyak dilepas untuk program beras sejahtera (rastra). Namun, sejak digantikan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), alokasi beras Bulog perlahan turun drastis. Di BPNT, Bulog bersaing dengan merek beras lain agar berasnya dipilih penerima manfaat.
“Kemarin Juni 2017 ada uji coba BPNT, alokasi rastra berkurang. Kemudian 2019 terakhir, rastra berhenti. Ini persoalan juga. Artinya ngga berjalan setelah ada transformasi dari rastra ke BPNT […] dari awal 2,3 juta ton sekarang menjadi 300 ribu ton dan beras itu barang mudah rusak,” kata ucapnya.
Beras yang rusak tak lantas dibuang. Ini akan diolah menjadi produk lain seperti tepung, pakan ternak, atau ethanol. Namun sebagai konsekuensi, harga jual produk olahan itu menjadi di bawah harga eceran tertinggi (HET) beras.
Baca Juga:Evaluasi Kebijakan UN, Nadiem Sebut UN Gagal Mengembangkan Pendidikan di IndonesiaMengenal Granat Asap yang Meledak di Kawasan Monas
Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan jumlah selisih harga akan dibiayai oleh pemerintah. Saat ini Buwas masih menunggu keputusan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani.