CILACAP-Pendidikan di dusun ini jauh ketinggalan. Semenjak didiami sekitar 1997 lalu, hanya ada satu sekolah dasar (SD), yaitu SD Negeri Ujung Alang. Kondisi ini terjadi karena lokasi dusun yang bernama Dusun Bondan ini benar-benar terpencil, terpisah laguna, hutan mangrove, dan sungai.
Jumlah siswanya hanya 15 anak mulai kelas satu hingga enam. Semuanya adalah anak-anak dusun Bondan.
Lokasi yang sulit dijangkau karena harus menembus laguna dan menyusur kanal, serta terpisah dari mana-mana, menyebabkan tidak ada guru yang mau mengajar di sekolah ini.Satu-satunya guru yang bertahan adalah Apudin. Warga asli Bondan.
Baca Juga:Tersangkut Pohon, Mobil Plat Merah Rombongan Asal Banten Masuk JurangMaulina Moli
Ada hal yang menarik dari sosok Apudin ini. Pertama, dia hanya lulusan SD. Kedua, dia sebenarnya bukan warga asli Cilacap.
Sekitar 1990-an, dia pindah dari Tangerang ke Dusun Bondan untuk membuka tambak. Sayangnya, tambaknya gulung tikar.
Dia tetap bertahan di Dusun Bondan karena prihatin dengan kondisi pendidikan di sana.
“Jujur saya hanya lulus SD. Tapi saya prihatin dengan kondisi pendidikan di Dusun Bondan,” ucap Apudin.
Apudin pun mengusulkan pendirian sekolah. Pada 2002, sekolah itu berdiri. Guru dari luar Dusun Bondan datang silih berganti. Sayang, tak ada yang bertahan lama.
Melihat kenyataan itu, Apudin yang semula hanya bantu-bantu mengajar, akhirnya menjadi guru utama. Apudin pun mengembangkan diri dengan ikut persamaan paket C.
Sampai saat ini, dia lah satu-satunya guru yang setia belasan tahun mengajar di sekolah terpencil ini. Ia mengajar dari kelas satu sampai kelas enam.
Baca Juga:Bank Dunia Catat Pembelajaran Siswa di Indonesia Masih RendahKembalinya Dinasti Politik Indonesia?
Ia tak menggunakan silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pendidikan (RPP), tetapi menggunakan caranya sendiri yaitu melakukan pendidikan berbasis potensi anak dan lingkungan sekitarnya, yang merupakan kawasan Laguna Segara Anakan.
Sebab, jika menggunakan silabus dan RPP baku, maka pendidikan yang dilakukan di SD ini tak akan jalan.
“Mau ke mana anak tersebut, dilihat potensinya,” urainya.
Perjuangan Apudin mulai membuahkan hasil. Kini, jumlah anak putus sekolah di Dusun Bondan relatif rendah. Sejak 2002, sekolah ini telah meluluskan sembilan angkatan.
Sayangnya, setelah lulus SD, anak-anak itu tak melanjutkan ke SLTP.