Awalnya ada yang mengira pengepungan kampus ini akan berakhir dengan berdarah-darah. Ada yang membayangkan akan terjadi seperti peristiwa Tian An Men. Hong Kong pun mencekam. Menanti apa yang akan terjadi.
Ternyata polisi tidak menyerbu kampus itu.
Saya perkirakan pasti ada: intelijen, malam-malam, mungkin masuk ke kampus. Di saat mereka terlelap kelelahan. Mereka didata. Siapa saja yang masih tersisa.
Yang jelas, ketika jumlah mereka masih sekitar 600, ternyata hanya 30-an yang mahasiswa politeknik.
Baca Juga:Suami Jarang Pulang Istri Siksa Dua Anak Sambil Direkam, Videonya ViralKorupsi Impor Bawang Putih, Politik Rente ditengah Kesulitan Pangan
Terowongan bawah laut di dekat kampus pun sudah mulai dibersihkan. Jumat lalu kendaraan sudah boleh lewat. Gratis. Gerbang tol terowongan itu memang hancur oleh pendemo. Sedang diperbaiki.
Satu minggu lagi pun belum akan selesai. Berarti masih gratis. Praktis seperti membangun baru –saking parahnya kerusakan itu.
Apalagi mesin tiket elektroniknya juga harus diganti.
Kamis-Jumat kemarin adalah dua hari paling tenang di Hong Kong. Memang ada seruan solidaritas. Lewat grup telegram. Agar rakyat melumpuhkan lalu-lintas seluruh Hong Kong.
Tapi, hanya ratusan orang yang turun ke jalan. Bahkan Jumat kemarin lebih sedikit lagi. Itu pun hanya di dalam mal.
Entahlah Sabtu sore tadi. Atau Minggu.
Sejak lebih lima bulan lalu belum pernah ada Sabtu tenang. Apalagi Minggu. Selalu ada demo besar. Yang belakangan kian rusuh.
Minggu hari ini fokus Hong Kong adalah Pemilu legislatif.
Boleh juga.
Di tengah begitu rusuhnya demo persiapan Pemilu jalan terus.
Memang, di Pemilu ini TPS-TPS akan dijaga lebih ketat. Ada gerakan di medsos untuk menggagalkan Pemilu. Meski bisa saja yang demikian itu rekaan siapa saja.
Bagi yang suka judi, bolehlah. Minggu hari ini jadi bahan perjudian: tetap bisa tenang atau rusuh lagi. Biar pun hanya 14 menit. (Dahlan Iskan)