JAKARTA- Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, Laksda (Purn) Soleman B Pontoh menyebutkan arogansi dari pihak aparat kepolisian dianggap menjadi penyebab incaran balas dendam oleh tindakan terorisme. Menurutnya, aparat kepolisian di media telah ditampilkan dengan atribut lengkap berikut senjata. Apalagi ditambah dengan acara televisi yang menampilkan aparat kepolisian dengan arogan menegur tegas remaja yang berkelompok.
“Kalimat di televisi menyebutkan, terduga teroris ditembak mati. Apa itu terduga? Terduga artinya diduga saja belum sudah ditembak mati. Kalau orang waras akan bertanya, orang belum terbukti salah kok sudah dibunuh. Orang yang ditembak ini punya sanak famili, muncul di sini terjadi balas dendam,” ujarnya di Forum Jurnalis Merah Putih “Menolak Lengah, Siluman Terorisme Nyata” Jakarta, Kamis (14/11).
“Ditambah lagi acara di televisi, anak-anak umur 22-24 tahun digeledah dan ditangkap. Arogansi yang terlihat itu akan mendorong anak-anak membalas dendam. Ini sangat tidak bagus karena mendorong anak untuk melawan dalam sisi psikologis mereka,” sambungnya.
Baca Juga:Bazaar DanzaIni Penyebab Gempa di Jailolo-Maluku Utara
Ponto menambahkan, pihak kepolisian sudah seharusnya melakukan evaluasi terkait dengan mekanisme penyelesaian tindakan terorisme. Ia menekankan, pihak pihak BNPT juga seharusnya melakukan revitalisasi dalam hal mengumumkan pelaku tindak terorisme.
“Kita dengar sendiri [di media], Densus 88 Antiteror telah menembak terduga teroris. Bagaimana itu memperlihatkan polisi dengan senjata ingin menunjukkan sedang mengatasi masalah terorisme. Inilah yang bagi orang umum itu menjadi tantangan, ya dicoba sekalian [balas dendam]. Itu kalau bertumpuk, di anak umur 20-an akan terjadi perlawanan,” tegasnya. (*)