Polrestabes Medan, bukannya malu karena gagal menjaga markas mereka sendiri.
Mereka malah terlihat over acting.
Sebab, pasca serangan bom bunuh diri tadi pagi, dalam hitungan jam sejumlah besar polisi tampak menyebar-luarkan informasi dan video di media media dan di medsos, saat serombongan besar polisi menggelandang ibu dan orangtua terduga teroris bom bunuh diri tadi pagi di Polrestabes Medan, untuk dibawa ke kantor polisi.
Ingatlah, ada asas praduga tidak bersalah.
Tidak tepat jika satu keluarga terduga teroris itu, termasuk anak di bawah umur dalam keluarga itu, divideokan, lalu disebarkan di media dan di medsos saat digelandang ke kantor polisi.
Jadi singkat kata, hari ini Indonesia harusnya memang menerapkan siaga satu karena semua jajaran Forkopimda dikumpulkan di Sentul oleh Kemendagri untuk sebuah Rakornas.
Baca Juga:Seniman Djaduk Ferianto Meninggal DuniaHujan Angin Kencang, Sejumlah Fasilitas Pemprov Banten Rusak Parah
Tidak ada pimpinan di 34 provinsi pada hari ini, baik itu Gubernur, Kapolda, Pangdam dan jajaran Muspidanya karena diundang Mendagri Tito Karnavian.
Bayangkan berhari-hari ini, mereka menginap di Jakarta untuk kepatuhan menghadiri sebuah Rakornas.
Kalau Kemendagri mau menggelar Rakornas, cukup para Gubernur se-Indonesia saja diundang ke Jakarta.
Jangan diwajibkan memboyong Forkopimda atau Muspida setempat, termasuk Pangdam dan Kapolda.
Sebab mereka harus mengamankan daerah mereka masing-masing.
Jadi, kesimpulannya adalah BIN dan Intelkam Polri, gagal total melaksanakan tugas mereka melakukan deteksi dan cegah dini.
Lalu, bom bunuh diri tadi pagi, juga menunjukkan kelalaian yang sangat fatal dari Polrestabes Medan dalam menjaga markas mereka.
Padahal, tahun 2018 lalu, bom bunuh diri seperti ini sudah pernah terjadi di Polrestabes Surabaya.
Belajarlah dari Polda Metro Jaya.
Baca Juga:Detik-Detik Diduga Bom Bunuh Diri Berjaket Ojol di Polrestabes MedanVIDEO: Kecelakaan di Tol Cipularang Km 97, Bus BEST Sidareja Vs Truk Trailer Semen
Pasca peledakan bom bunuh diri di Markas Polrestabes Surabaya pada tahun 2018 lalu, pengamanan di Mapolda Metro Jaya tetap sangat ketat dan selalu waspada.
Tidak pernah di izinkan ojek online masuk dari dua pintu masuk yang ada di Mapolda Metro Jaya.
Kebijakan Kapolda Metro Jaya yang sebelumnya yaitu Irjen Pol Idham Azis (kini jadi Kapolri), tentang pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan menjaga markas pasca ledakan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya tahun lalu, sampai saat ini kebijakan itu tetap dilanjutkan oleh Kapolda Metro Jaya saat ini yaitu Irjen Pol Gatot Eddy Pramono sepanjang 10 bulan memimpin Polda Metro Jaya.