Rupa-rupanya, upaya Wagub seperti tidak digubris massa. Justru pukulan kayu dilepaskan kearah anggota Satpol PP dan seketika membuat suasana di luar kendali. Anggota Satpol PP yang memang tidak dilengkapi pengaman diri, memilih kocar kacir karena aksi massa sudah membabi buta mengejar ke segala arah.
Saya pun turut menyelamatkan diri mengikuti arah lari sekelompok anggota Satpol PP. Saya pikir, ini konyol kalau tidak lari. Saya juga khawatir keselamatan jiwa yang mungkin tidak diambil pusing oleh amukan massa.
Massa sepertinya berhasil membakar tumpukan pakaian dinas Satpol PP, tas, dompet, uang dan dokumen seperti KTP, SIM dan kartu kepesertaan BPJS.
Baca Juga:Aplikasi TikTok Diduga Mata-Matai ASTNI Rombak Jajaran Perwira Tinggi di Lingkungan Intelijen
Selang beberapa menit, upaya negosiasi kembali dilakukan. Anggota Satpol PP diminta kembali mendekat, membuat perlindungan di sekitar Wagub. Saya pun mendekat, walau jarak saya tidak sedekat anggota Satpol PP. Lagi-lagi saya khawatir akan keselamatan jiwa.
Namun, saya tergerak mendekat karena ada salah seorang anggota Satpol PP yang sudah terbaring dan diduga menjadi sasaran pemukulan massa. Sepertinya, anggota tersebut mengalami patah di bagian badan. Sedekat itu, saya juga tidak tahu apakah benar-benar patah. Tetapi saya melihat, nafasnya tersengal dan berteriak kecil saat tubuhnya dicoba untuk duduk.
Sambil memohon, beberapa anggota Satpol PP mencoba meminta pengertian kepada massa bahwa korban harus segera dibawa keluar kerumunan dan diarahkan ke rumah sakit. Sampai di sini, massa tak merespon walaupun akhirnya membiarkan beberapa anggota Satpol PP membopong korban patah menuju keluar kerumunan.
Di bagian depan, negosiasi tetap dilakukan Wagub. Saya tak melihat jelas, tapi beberapa anggota Satpol PP mengatakan bahwa Wagub sempat terkena pukulan. Tapi apa guna, massa tetap meminta Wagub turun mengarungi mangrove berlumpur setinggi dada.
“Ya Allah, apalagi yang terjadi selanjutnya,” saya membatin.
Diiringi sejumlah anggota Satpol PP, Wagub ikhlas menyusuri mangrove. Sementara saya dan beberapa anggota Satpol PP lainnya diminta massa memikul mesin-mesin tambang agar dikembalikan pada posisi semula. Tak berani melawan, saya hanya mengikuti.
Sekitar enam orang, termasuk saya akhirnya memikul mesin yang beratnya terasa berat karena dibawah ancaman. Perlahan, kami pun memikul mesin sambil harap-harap cemas dan mencoba menghubungi bantuan.